
Bank Dunia: 60 Persen Warga RI Tergolong Miskin menurut Standar Negara Menengah Atas
Financial | 30 Apr 2025 - 12:58 WIB
2024-11-26 19:15:23
JelajahJawa (26/10) - Film Gladiator II, sekuel dari film legendaris Gladiator (2000), telah menarik perhatian publik sejak pengumumannya. Namun, baru-baru ini, film yang disutradarai oleh Ridley Scott ini menjadi sorotan tajam setelah kabar bahwa sebuah adegan yang melibatkan aktris May Calamawy telah dipotong dari versi finalnya.
May Calamawy yang dikenal dengan perannya dalam Moon Knight (2022), memiliki latar belakang Mesir-Palestina. Hilangnya adegan tersebut menimbulkan spekulasi tentang alasannya. Isu ini memunculkan perdebatan lebih lanjut, terutama karena May Calamawy sendiri dikenal sebagai pendukung kuat gerakan Palestina.
Dalam beberapa wawancara sebelumnya, Calamawy sering mengungkapkan pandangannya tentang konflik Israel-Palestina dan mendukung hak-hak rakyat Palestina. Ada tuduhan yang beredar bahwa potongan adegan tersebut terkait dengan pandangan politiknya dan bahwa film ini mungkin mencoba menghindari kontroversi dengan menyensor elemen-elemen yang bisa dianggap pro-Palestina.
Baca Juga: Profil Athina Papadimitriou: Calon Istri Rio Haryanto, Keponakan Sandiaga Uno
Kabar tentang potongan adegan ini pertama kali mencuat setelah seorang sumber yang dekat dengan produksi film menyatakan bahwa May Calamawy yang memiliki peran penting dalam cerita, tiba-tiba tidak terlihat dalam sekuel tersebut. Beberapa pengamat menilai bahwa hilangnya adegan tersebut berpotensi berkaitan dengan karakter yang dimainkan oleh Calamawy yang memiliki latar belakang keluarga Palestina.
Hal ini memicu spekulasi bahwa karakter tersebut mungkin digambarkan dengan pandangan pro-Palestina yang bisa memicu polemik internasional. Banyak penggemar film dan aktivis pro-Palestina yang langsung bereaksi dengan kekecewaan dan kecurigaan.
Beberapa dari mereka merasa bahwa keputusan ini adalah bentuk sensorship yang dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu, terutama mengingat situasi geopolitik yang sedang memanas di Timur Tengah.
Dengan meningkatnya ketegangan antara Israel dan Palestina, banyak pihak menganggap bahwa industri hiburan, termasuk film, cenderung menghindari penggambaran yang bisa memicu kontroversi lebih lanjut.
Gladiator pertama kali dirilis pada tahun 2000 dan sukses besar di box office, memenangkan lima Academy Awards, termasuk Best Picture dan Best Actor untuk Russell Crowe.
Film ini mengisahkan Maximus, seorang jenderal Romawi yang berubah menjadi gladiator setelah dikhianati. Keberhasilan Gladiator membuat sekuelnya sangat dinanti, dan Ridley Scott kembali untuk menyutradarai film tersebut, meski banyak penggemar yang merasa skeptis apakah film ini bisa menyamai kesuksesan pendahulunya.
Sebelumnya, beberapa berita menyebutkan bahwa Gladiator II akan melibatkan cerita yang lebih berfokus pada konflik politik dan kekuasaan, dengan latar belakang yang lebih luas, termasuk isu-isu tentang kebebasan dan penindasan.
Hal ini, tentu saja, membuka peluang bagi karakter-karakter dengan latar belakang beragam, termasuk karakter yang dimainkan oleh May Calamawy, untuk memberikan perspektif yang lebih mendalam tentang konflik internasional, termasuk isu-isu yang melibatkan Palestina.
Namun, potongan adegan yang melibatkan karakter May Calamawy semakin memicu kecurigaan bahwa film ini mungkin berusaha untuk menjaga jarak dari isu-isu sensitif tersebut. Dalam dunia perfilman, di mana industri besar sering kali mengambil langkah-langkah untuk menghindari kontroversi politik, penghapusan atau pengeditan adegan yang bisa memicu ketegangan internasional bukanlah hal yang jarang terjadi.
Hilangnya adegan May Calamawy menambah panjang daftar film dan proyek hiburan yang dipandang sebagai bentuk sensorship terhadap isu-isu Palestina. Tuduhan anti-Palestina ini tidak hanya mencuat dalam dunia perfilman, tetapi juga dalam dunia seni dan media lainnya.
Baca Juga: Kolaborasi Cristiano Ronaldo dan MrBeast Hebohkan YouTube, Raih 20 Juta Penonton dalam 1 Hari
Banyak pihak merasa bahwa keputusan untuk memotong adegan yang mungkin dianggap mendukung Palestina adalah bentuk ketidakberpihakan atau bahkan ketidakpedulian terhadap penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina.
Hal ini menunjukkan bagaimana politik dan geopolitik dapat mempengaruhi produksi film, yang seharusnya menjadi sarana hiburan dan seni. Akhirnya, mencerminkan kompleksitas dalam dunia hiburan global, di mana industri film sering kali harus menavigasi jalan yang sulit antara kebebasan kreatif dan kepentingan ekonomi dan politik yang lebih besar.
Baca juga : Larangan TikTok di AS Picu Tren Penjualan iPhone dengan Harga Fantastis
Baca juga : Apa Itu Angin Santa Ana? Fenomena di Balik Kebakaran Hebat Los Angeles
Pewarta : Mustika Pertiwi
Bank Dunia: 60 Persen Warga RI Tergolong Miskin menurut Standar Negara Menengah Atas
Financial | 30 Apr 2025 - 12:58 WIB
Entertainment | 15 May 2025 - 14:46 WIB
Internasional | 15 May 2025 - 14:16 WIB
Edu/Tech | 15 May 2025 - 12:01 WIB
Hukum & Politik | 14 May 2025 - 13:59 WIB
Entertainment | 14 May 2025 - 12:57 WIB
Internasional | 02 Sep 2024 - 11:55 WIB
Lifestyle | 04 Sep 2024 - 19:37 WIB
Entertainment | 04 Sep 2024 - 20:18 WIB
Entertainment | 05 Sep 2024 - 18:43 WIB