
Kembali Ditunjuk Jadi Ketua DPR RI Puan: Amanah Untuk Terus Hadirkan Kesejahteraan Rakyat
Hukum & Politik | 05 Oct 2024 - 12:46 WIB
2025-04-16 11:35:37
Jelajah Jawa - Pada Tanggal 16 April 2025 - Sebuah penemuan arkeologis mengejutkan berhasil menguak salah satu misteri terbesar di benua Afrika. Tim gabungan arkeolog internasional dan peneliti lokal menemukan mumi manusia yang berasal dari masa sekitar 7.000 tahun lalu di wilayah Gurun Sahara, tepatnya di kawasan Tenere yang kini menjadi bagian dari negara Niger. Mumi tersebut diyakini berasal dari masa yang disebut sebagai Zaman Sahara Hijau, sebuah era ketika Gurun Sahara tidak sekering dan segersang sekarang, melainkan merupakan kawasan yang hijau, subur, dan dihuni oleh berbagai bentuk kehidupan, termasuk manusia, hewan besar, dan tumbuhan yang tumbuh lebat. Penemuan ini memberikan gambaran mengejutkan tentang bagaimana peradaban manusia kuno pernah tumbuh dan berkembang di tempat yang kini dikenal sebagai salah satu tempat paling tak ramah di muka bumi.
Menurut keterangan resmi dari Universitas Bordeaux, Prancis, yang memimpin proyek penggalian bersama peneliti dari Niger, mumi tersebut ditemukan di sebuah situs pemakaman purba bernama Gobero. Lokasi ini memang sudah dikenal sejak lama oleh para arkeolog karena beberapa temuan sebelumnya, namun baru kali ini ditemukan mumi dalam kondisi hampir utuh yang berasal dari periode Neolitik Afrika Tengah. Mumi tersebut adalah seorang perempuan muda yang diperkirakan berusia antara 19 hingga 23 tahun saat meninggal. Yang mengejutkan para peneliti bukan hanya usia mumi itu, melainkan kondisi pelestariannya yang sangat baik. Meskipun tidak dibalsem seperti mumi Mesir, tubuh perempuan tersebut tampaknya mengalami proses mumifikasi alami karena kondisi gurun yang kering dan suhu ekstrem yang memperlambat proses pembusukan.
Penggalian dilakukan selama lebih dari dua bulan, dengan menggunakan metode pelestarian tinggi agar tidak merusak struktur tulang dan jaringan organik yang tersisa. Saat ditemukan, mumi tersebut dikubur dengan posisi tidur menyamping dan ditemani oleh beberapa artefak, seperti peralatan batu, manik-manik, serta sisa-sisa tumbuhan dan biji-bijian yang menunjukkan bahwa masyarakat pada masa itu sudah mengenal ritual penguburan yang kompleks. Beberapa ilmuwan bahkan menduga bahwa masyarakat ini sudah memiliki sistem kepercayaan tertentu yang berkaitan dengan kehidupan setelah mati.
Dr. Amadou Idrissa, arkeolog dari Niger yang terlibat langsung dalam penggalian, menyatakan bahwa penemuan ini menjadi bukti nyata bahwa Gurun Sahara dulunya bukanlah gurun. "Sahara yang kita lihat sekarang adalah hasil dari perubahan iklim besar-besaran yang terjadi sekitar 5.000 tahun lalu. Sebelumnya, kawasan ini adalah sabana hijau dengan sungai, danau, dan padang rumput yang luas. Manusia hidup berdampingan dengan hewan-hewan seperti gajah, buaya, dan bahkan ikan air tawar," jelasnya dalam konferensi pers di Niamey.
Penelitian terhadap mumi ini juga menunjukkan bahwa manusia pada masa itu memiliki tinggi badan rata-rata yang cukup tinggi, gigi yang sehat, serta tanda-tanda pola makan yang kaya akan protein dan tumbuhan. Ini membuktikan bahwa masyarakat Sahara Hijau memiliki akses terhadap sumber daya alam yang melimpah. Lebih jauh, analisis isotop pada tulang dan gigi menunjukkan bahwa perempuan ini hidup dalam lingkungan yang memiliki akses air bersih dan makanan bergizi—berbanding terbalik dengan kondisi Sahara masa kini yang nyaris tidak mendukung kehidupan manusia.
Fenomena Sahara Hijau sendiri telah menjadi topik diskusi para ilmuwan selama beberapa dekade terakhir. Berdasarkan data geologi dan paleoklimatologi, diperkirakan sekitar 10.000 hingga 5.000 tahun yang lalu, wilayah Sahara mengalami periode iklim basah akibat pergeseran sumbu Bumi dan variasi dalam orbit planet. Hal ini menyebabkan meningkatnya curah hujan di wilayah Afrika Utara, menciptakan danau-danau besar dan sungai-sungai yang mengalir deras melintasi daratan. Namun, seiring waktu, perubahan iklim global menyebabkan curah hujan berkurang drastis dan membuat kawasan tersebut kembali menjadi gurun yang luas dan kering seperti yang kita lihat sekarang.
Penemuan mumi dari masa Sahara Hijau ini tidak hanya penting dari sisi arkeologi, tetapi juga dari sudut pandang lingkungan dan sejarah perubahan iklim. Ini menjadi pengingat bahwa lingkungan bumi selalu berubah, dan perubahan tersebut dapat memengaruhi kehidupan manusia secara drastis. Banyak ilmuwan yang kini melihat Sahara bukan sebagai gurun mati, melainkan sebagai arsip raksasa yang menyimpan rahasia peradaban-peradaban kuno yang belum sepenuhnya terungkap.
Seiring berjalannya penelitian lanjutan, tim arkeolog berharap dapat menemukan lebih banyak mumi dan artefak yang bisa memberikan pemahaman lebih dalam mengenai struktur sosial, kebudayaan, dan kehidupan sehari-hari masyarakat Sahara Hijau. Mereka juga berencana untuk melakukan analisis DNA terhadap sisa-sisa mumi tersebut guna mengetahui keterkaitan genetik dengan populasi Afrika modern. Jika berhasil, penemuan ini tidak hanya akan mengubah pemahaman kita tentang masa lalu Afrika, tetapi juga tentang migrasi dan evolusi manusia secara umum.
Penemuan luar biasa ini menunjukkan bahwa Sahara bukan hanya tempat kosong yang penuh pasir, melainkan pernah menjadi rumah bagi manusia dan kehidupan yang berkembang. Mumi berusia 7.000 tahun ini adalah bukti nyata bahwa sejarah bumi jauh lebih kompleks dan kaya daripada yang kita bayangkan, dan masih banyak misteri yang menunggu untuk diungkap dari kedalaman pasir gurun yang tampak sunyi itu.
Baca juga : 5 Posisi Duduk yang Harus Dihindari Saat Nyetir Mudik Lebaran, Plus Cara yang Benar!
Baca juga : Jelajahi Lezatnya Kuliner Khas Makassar yang Wajib Dicoba
Pewarta : Alam
Kembali Ditunjuk Jadi Ketua DPR RI Puan: Amanah Untuk Terus Hadirkan Kesejahteraan Rakyat
Hukum & Politik | 05 Oct 2024 - 12:46 WIB
Entertainment | 15 May 2025 - 14:46 WIB
Internasional | 15 May 2025 - 14:16 WIB
Edu/Tech | 15 May 2025 - 12:01 WIB
Hukum & Politik | 14 May 2025 - 13:59 WIB
Entertainment | 14 May 2025 - 12:57 WIB
Internasional | 02 Sep 2024 - 11:55 WIB
Lifestyle | 04 Sep 2024 - 19:37 WIB
Entertainment | 04 Sep 2024 - 20:18 WIB
Entertainment | 05 Sep 2024 - 18:43 WIB