
Healthy Lifestyle: Apa Itu Cacar Monyet dan Bagaimana Menghindarinya
Lifestyle | 08 Sep 2024 - 15:15 WIB
2025-04-24 10:45:06
Ancaman pembunuhan bukan perkara main-main. Bagi sebagian besar orang, teror semacam itu bisa membuat langkah terhenti, suara tercekat, bahkan hidup dihantui ketakutan. Tapi tidak bagi Dedi Mulyadi. Politikus nyentrik asal Subang, Jawa Barat, ini justru melawan balik dengan cara yang tak biasa—mendatangi langsung kampung preman yang diduga jadi sumber ancaman. Berani? Jelas. Nekat? Mungkin. Tapi satu hal pasti: nyali Dedi Mulyadi tak bisa dianggap enteng.
Beberapa waktu terakhir, nama Dedi Mulyadi kembali jadi sorotan. Bukan karena aksi sosialnya yang kerap viral, atau gaya kampanye politiknya yang unik. Kali ini, Dedi ramai diperbincangkan karena menerima ancaman pembunuhan dari seseorang yang mengaku tak senang dengan aktivitasnya. Tapi alih-alih berlindung, Dedi malah mengunggah video saat dirinya datang langsung ke wilayah yang dikenal sebagai "kampung preman" di kawasan Subang. Ia tidak datang diam-diam, melainkan terbuka dan mendokumentasikannya untuk publik.
“Aing datang ka dieu, hayang nyaho saha nu wani ngancem maehan aing!” begitu kira-kira gaya Dedi berbicara dalam videonya yang beredar di media sosial. Dengan pakaian khas Sunda-nya, lengkap dengan ikat kepala, Dedi melangkah santai menyusuri gang sempit, masuk ke perkampungan padat, dan menyapa warga satu per satu.
Membalas Teror dengan Keberanian
Bagi Dedi, ancaman bukan hal baru. Ia pernah menghadapi tekanan dari berbagai pihak saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta. Namun yang kali ini berbeda. Ancaman pembunuhan secara terang-terangan memicu perhatian publik yang lebih luas. Tapi alih-alih memperkeruh suasana atau membuat laporan panjang ke pihak berwenang, Dedi memilih satu pendekatan: komunikasi langsung.
Langkah ini tentu saja menuai beragam reaksi. Ada yang memuji keberaniannya, menyebutnya sebagai pemimpin sejati yang tak gentar menghadapi intimidasi. Tapi tak sedikit pula yang menyayangkan aksi itu, karena dinilai membahayakan keselamatan pribadi dan membuka celah risiko keamanan.
Namun bagi Dedi, pendekatan ini bukan semata-mata aksi nekat. Ia mengaku ingin menunjukkan bahwa keberanian bisa menjadi bentuk perlawanan terhadap ketakutan yang diciptakan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. “Kalau kita takut, maka mereka yang menang,” ujarnya dalam salah satu wawancara media lokal.
Figur Politik yang Tak Biasa
Dedi Mulyadi memang bukan politisi biasa. Ia dikenal vokal, blak-blakan, dan sangat dekat dengan masyarakat akar rumput. Dari mulai membagikan bantuan langsung, mendengarkan curhat warga di lapangan, hingga menyindir pejabat yang malas turun ke bawah, semua dilakukan Dedi tanpa setengah-setengah.
Banyak yang menyebut Dedi sebagai "blusukan style 2.0"—lebih modern, lebih dramatis, tapi tetap menyentuh. Kehadirannya di YouTube dengan konten-konten kemanusiaan juga membuat namanya dikenal di luar panggung politik formal. Ia bukan hanya berbicara, tapi juga bertindak. Bukan hanya membuat janji, tapi menunjukkan bukti.
Dan dalam konteks ancaman pembunuhan ini, Dedi kembali membuktikan bahwa keberaniannya bukan sekadar citra. Ia benar-benar hadir di tempat yang banyak orang hindari. Tidak dengan pengamanan berlapis, tapi dengan keyakinan bahwa niat baik akan menemukan jalannya sendiri.
Simbol Perlawanan Terhadap Ketakutan
Apa yang dilakukan Dedi Mulyadi bisa dibaca sebagai simbol perlawanan terhadap dominasi ketakutan. Di banyak daerah, kampung preman adalah area abu-abu yang sering tak tersentuh hukum. Ancaman dari wilayah-wilayah seperti itu sering dianggap “wajar” dan tak dilawan karena risiko terlalu tinggi.
Namun Dedi memutar arah. Ia justru datang untuk mendengar, memahami, dan—jika memungkinkan—merangkul. Dalam video yang beredar, Dedi tak menunjukkan wajah marah. Ia malah menyapa warga, bertanya kabar, dan berdialog secara terbuka. Sebuah pendekatan yang barangkali asing di era politik yang makin transaksional.
Akhir Kata: Nyali yang Menular
Ancaman bisa membuat orang diam. Tapi nyali bisa menular. Apa yang dilakukan Dedi Mulyadi hari ini bisa jadi inspirasi untuk banyak orang, terutama para pemimpin daerah dan publik figur yang selama ini memilih diam saat diancam. Keberanian bukan tentang bertarung secara fisik, tapi tentang menghadapi rasa takut dengan kepala tegak.
Dedi Mulyadi sudah membuktikannya. Saat ancaman datang, ia tak memilih bersembunyi. Ia melangkah maju. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk menunjukkan pada publik: kita tak boleh kalah oleh teror.
Baca juga : MPV Listrik Premium Denza D9 Terjual Nyaris 1.000 Unit
Baca juga : Dedi Mulyadi Dipuji, Tapi Pemprov Jabar Masih Dicibir: Suara Warga dari Survei Terbaru
Pewarta : Hamzah
Healthy Lifestyle: Apa Itu Cacar Monyet dan Bagaimana Menghindarinya
Lifestyle | 08 Sep 2024 - 15:15 WIB
Internasional | 28 May 2025 - 17:55 WIB
Hukum & Politik | 28 May 2025 - 17:17 WIB
Internasional | 28 May 2025 - 16:59 WIB
Hukum & Politik | 27 May 2025 - 13:59 WIB
Hukum & Politik | 27 May 2025 - 13:27 WIB
Internasional | 02 Sep 2024 - 11:55 WIB
Lifestyle | 04 Sep 2024 - 19:37 WIB
Entertainment | 04 Sep 2024 - 20:18 WIB
Entertainment | 05 Sep 2024 - 18:43 WIB