Konflik India-Pakistan Memburuk, 38 Wisatawan India Tak Bisa Pulang dari Malaysia

2025-05-10 16:10:17

Konflik India-Pakistan Memburuk, 38 Wisatawan India Tak Bisa Pulang dari Malaysia
Sumber Gambar: CNN

Ketegangan geopolitik antara India dan Pakistan kini tak hanya mengancam stabilitas regional, tetapi juga mulai berdampak langsung pada kehidupan warga sipil, termasuk mereka yang jauh dari zona konflik. Salah satu cerita yang mencuat adalah nasib rombongan turis asal India yang tertahan di Malaysia, tidak bisa kembali ke negaranya akibat gangguan penerbangan menyusul meningkatnya eskalasi militer di kawasan Asia Selatan.

Rombongan ini terdiri dari 38 wisatawan asal Gujarat dan New Delhi, yang sebelumnya menikmati liburan ke berbagai destinasi populer seperti Kuala Lumpur, Genting Highlands, dan Langkawi. Namun suasana santai mereka berubah drastis ketika kabar tentang serangan udara India terhadap tiga markas militer Pakistan menyebar dan diikuti oleh reaksi keras dari Islamabad. Hanya dalam hitungan jam, banyak maskapai penerbangan internasional yang langsung membatalkan atau menunda rute ke dan dari wilayah udara India serta Pakistan, termasuk rute yang menghubungkan Malaysia ke India.

Menurut laporan dari otoritas bandara Kuala Lumpur, lebih dari 20 penerbangan tujuan India telah dibatalkan atau dialihkan sejak hari pertama konflik militer meningkat. Hal ini terjadi karena sejumlah zona udara strategis ditutup demi alasan keamanan. Sementara itu, pihak maskapai belum bisa memastikan kapan penerbangan akan kembali normal, mengingat situasi di lapangan sangat dinamis dan tergantung pada perkembangan hubungan diplomatik antara kedua negara.

Bagi para turis yang terjebak, situasi ini menjadi pengalaman yang penuh ketidakpastian. “Kami datang ke sini untuk bersantai dan melepas penat. Tapi sekarang kami hanya bisa duduk di hotel, memantau berita, dan berharap semuanya segera mereda,” ujar Meena Desai, salah satu anggota rombongan, yang seharusnya kembali ke India dua hari lalu.

Meski pihak Kedutaan Besar India di Kuala Lumpur sudah turun tangan dan memastikan semua warga negara India dalam kondisi aman, banyak dari mereka merasa gelisah. Beberapa dari mereka hanya membawa pakaian dan bekal cukup untuk perjalanan pendek, tidak untuk tinggal lebih lama dari yang direncanakan. Situasi ini juga menciptakan tekanan finansial, karena harus membayar akomodasi tambahan dan biaya makan di negara asing, di luar rencana anggaran mereka.

Tidak sedikit dari mereka yang telah mencoba mencari penerbangan alternatif dengan rute memutar melalui negara ketiga seperti Singapura atau Thailand. Namun, harga tiket yang melonjak drastis, ditambah dengan pembatasan dan penyesuaian jadwal mendadak, membuat usaha itu sulit diwujudkan. Beberapa agen perjalanan bahkan mengakui bahwa situasi ini di luar kendali mereka, dan kini hanya bisa membantu sebatas perpanjangan visa serta logistik sementara.

Pemerintah India, melalui Kementerian Luar Negeri, telah merilis pernyataan yang meminta warganya di luar negeri untuk tetap tenang dan mematuhi arahan dari kantor kedutaan masing-masing. Mereka juga mengatakan sedang melakukan koordinasi dengan otoritas penerbangan internasional agar proses pemulangan warga negara India dapat dilakukan secara bertahap, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan mereka yang memiliki kebutuhan khusus.

Namun di tengah ketidakpastian, muncul juga solidaritas dari warga lokal Malaysia. Sejumlah hotel menawarkan diskon tarif kamar bagi turis yang terdampak, sementara komunitas India di Malaysia turut memberikan bantuan logistik berupa makanan dan informasi. “Kami tahu bagaimana rasanya berada jauh dari rumah saat krisis. Ini saatnya kami bantu sebisa mungkin,” ujar Ravi Pillai, pemilik restoran India di kawasan Brickfields, Kuala Lumpur.

Konflik antara India dan Pakistan memang bukan hal baru. Namun kali ini, efeknya terasa lebih luas karena menyentuh mobilitas internasional. Di era global seperti sekarang, di mana orang bepergian lintas negara untuk urusan pribadi maupun bisnis, satu insiden militer dapat mengguncang jaringan logistik dan penerbangan secara global.

Para analis menyebut bahwa penutupan wilayah udara ini berpotensi menimbulkan kerugian besar tidak hanya bagi maskapai penerbangan, tetapi juga industri pariwisata dan ekonomi regional. Jika konflik terus berlanjut, bukan tidak mungkin negara-negara di kawasan Asia Tenggara juga akan terdampak lebih luas baik dari sisi keamanan maupun ekonomi.

Sementara itu, turis-turis India yang tertahan di Malaysia hanya bisa menunggu. Setiap hari mereka memeriksa berita, bertanya pada staf hotel, dan berharap ada kejelasan dalam waktu dekat. Beberapa dari mereka bahkan mulai menghubungi media dan pemerintah setempat agar suara mereka didengar lebih luas. “Kami bukan bagian dari konflik, tapi kami jadi korban dari akibatnya,” kata seorang pria paruh baya yang enggan disebutkan namanya.

Situasi ini menjadi pengingat bahwa dalam setiap ketegangan geopolitik, selalu ada wajah-wajah biasa yang terdampak orang-orang yang hanya ingin pulang ke rumah, memeluk keluarganya, dan melanjutkan hidup seperti biasa. Namun untuk saat ini, semua itu harus tertunda. Mereka menunggu, dengan satu harapan sederhana: semoga akal sehat menang, sebelum segalanya benar-benar terlambat.

Berita Lainnya

Document