Menyapu Malam Hari: Tradisi, Tahayul, atau Soal Kebersihan?

2025-07-18 11:26:38

Menyapu Malam Hari: Tradisi, Tahayul, atau Soal Kebersihan?
Sumber Gambar: kalteng pos

Pernahkah Anda ditegur orang tua karena menyapu rumah saat malam tiba? Mungkin kalimatnya seperti ini: "Jangan menyapu malam-malam, nanti rejekimu disapu!" atau "Nanti rumah jadi sial!" Kalimat semacam ini begitu akrab di telinga masyarakat Indonesia. Bahkan di beberapa daerah, larangan menyapu malam hari dianggap sangat serius.

Namun, seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan perkembangan zaman, banyak orang mulai bertanya-tanya: Benarkah menyapu malam hari bisa mengusir rejeki atau membawa sial? Ataukah ini hanyalah bagian dari mitos turun-temurun yang belum tentu benar?

Dalam artikel ini, kita akan membedah kebiasaan ini dari dua sisi: budaya dan logika, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi antara sapu, malam, dan anggapan mistis di baliknya.

 1. Asal Usul Larangan Menyapu Malam Hari

Secara historis, larangan menyapu malam hari bukanlah tanpa sebab. Pada zaman dahulu, terutama ketika listrik belum tersedia luas, malam hari adalah waktu dengan pencahayaan minim. Menyapu dalam keadaan gelap bisa menyebabkan:

 Barang kecil yang penting ikut tersapu dan hilang (uang logam, perhiasan, kunci),

 Kesulitan membedakan antara kotoran dan benda berharga,

 Risiko terinjak serpihan atau benda tajam yang tidak terlihat jelas.

Untuk menghindari hal-hal semacam itu, orang tua dulu membuat aturan larangan menyapu malam hari, dan agar lebih patuh, dibungkuslah aturan itu dengan unsur tahayul atau mistis — misalnya dengan mengatakan bahwa menyapu malam bisa "menyapu rezeki" atau "mendatangkan makhluk halus".

Dari sudut pandang komunikasi budaya, ini adalah contoh narrative-based control, yaitu teknik masyarakat tradisional mengontrol perilaku dengan cerita simbolik. Meskipun tidak logis secara ilmiah, cara ini cukup efektif pada masanya.

 2. Perspektif Budaya: Menyapu Sebagai Ritual Sosial

Dalam banyak budaya di Indonesia, kegiatan menyapu tidak sekadar urusan kebersihan, tapi juga memiliki makna simbolik. Menyapu sering dihubungkan dengan “membersihkan nasib buruk”, “menghalau aura negatif”, atau sebagai bentuk “menyambut tamu” agar rumah terlihat bersih dan nyaman.

Dalam konteks ini, waktu menyapu juga menjadi simbol. Pagi hari melambangkan semangat baru dan rejeki, sementara malam hari diasosiasikan dengan ketenangan dan penutupan hari. Maka, menyapu malam hari dipandang sebagai tindakan yang melawan ritme alam atau adat.

Namun pertanyaannya, apakah semua budaya melarang menyapu malam hari?

Ternyata tidak. Di banyak negara lain, termasuk Jepang dan Korea, menyapu malam hari dianggap wajar, bahkan sering dilakukan setelah makan malam untuk menjaga rumah tetap rapi. Artinya, anggapan larangan menyapu malam hari tidak bersifat universal, melainkan khas budaya tertentu.

 3. Perspektif Logika: Menyapu Adalah Soal Kebersihan, Bukan Rejeki

Dari sudut pandang logika dan ilmu kebersihan, menyapu malam hari tidak memiliki dampak buruk pada rejeki, nasib, atau keberuntungan seseorang. Justru, dalam beberapa kasus, menyapu di malam hari bisa sangat masuk akal, seperti:

 Setelah acara keluarga atau makan malam,

 Saat tamu datang mendadak dan rumah harus segera dibersihkan,

 Ketika pagi hari terlalu sibuk untuk pekerjaan rumah.

Bahkan di kota-kota besar, petugas kebersihan jalanan sering menyapu di malam hari untuk menghindari kemacetan. Kalau larangan itu berlaku mutlak, tentu kehidupan kota akan kacau.

Selain itu, rezeki seseorang tidak ditentukan oleh waktu menyapu, melainkan oleh usaha, kerja keras, dan kesempatan. Menyapu hanyalah kegiatan menjaga kebersihan, dan Islam pun menganjurkan kebersihan sebagai bagian dari iman — kapan pun waktunya.

 4. Tahayul vs Realitas: Saat Mitos Berubah Fungsi

Tahayul sering kali muncul sebagai bentuk kearifan lokal yang dibungkus simbol-simbol mistik. Namun seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kita bisa melihat bahwa fungsi-fungsi tahayul sebenarnya bisa dijelaskan secara logis.

Contohnya:

 Larangan menyapu malam bukan karena roh jahat, tapi karena kondisi pencahayaan yang buruk.

 Larangan makan sambil tiduran bukan karena bisa kerasukan, tapi karena bisa menyebabkan asam lambung naik.

Dalam konteks ini, menyapu malam hari adalah contoh mitos yang harus kita nilai kembali, terutama di era modern dengan listrik, penerangan, dan standar kebersihan yang berbeda dari masa lalu.

Dengan kata lain, mitos bisa tetap dihormati, tapi tidak harus selalu diikuti secara membabi buta, apalagi jika bertentangan dengan logika dan kebutuhan zaman.

 5. Edukasi Kritis: Menghormati Budaya, Memilih Logika

Sebagai generasi yang hidup di era informasi, kita perlu menghargai tradisi, namun tetap berpikir kritis. Jangan terburu-buru menertawakan mitos, karena di baliknya ada sejarah, makna, dan fungsi sosial. Tapi juga jangan mematuhi mitos hanya karena takut "kutukan".

Menyapu malam hari hanyalah satu dari sekian banyak mitos rumah tangga yang perlu dikaji ulang. Apakah masih relevan? Apakah ada bahaya nyata? Ataukah itu hanya "aturan lama" yang belum disesuaikan dengan zaman?

Di sinilah peran komunikasi menjadi penting: mengubah mitos menjadi pengetahuan, dan mengedukasi masyarakat tanpa menyinggung kepercayaan yang telah mengakar.

 Kesimpulan: Rezeki Tidak Tersapu, Tapi Bisa Hilang Karena Malas Bersih-Bersih

Pada akhirnya, menyapu malam hari tidaklah berbahaya. Tidak akan membuat rejeki pergi, tidak mengundang sial, dan tidak akan “dibenci” makhluk gaib. Yang justru berbahaya adalah membiarkan rumah kotor, penuh debu, dan menjadi sarang penyakit — kapan pun waktunya.

Sebagai generasi cerdas, mari kita mulai mengedukasi diri dan orang di sekitar kita dengan pendekatan yang menghargai budaya namun juga berbasis logika. Karena bersih bukan soal waktu, tapi soal kesadaran. Dan ingat: yang paling penting adalah menjaga kebersihan hati dan pikiran, bukan sekadar sapu dan lantai. Bagikan artikel ini kepada keluarga dan sahabatmu yang masih percaya bahwa menyapu malam hari bisa bikin miskin! Yuk, mulai bersih-bersih tanpa takut mitos! 

Berita Lainnya

Document