Laporan Iseng Masuk, Program Lapor Mas Wapres Perkuat Sistem Pengaduan
Hukum & Politik | 19 Nov 2024 - 13:27 WIB
2024-11-21 14:35:19
JelajahJawa (21/11) - Penyanyi Nadin Amizah baru-baru ini mengungkapkan kekecewaannya terhadap pengalaman konsultasi kesehatan online. Dalam sesi konsultasi tersebut, dokter yang seharusnya memberikan solusi medis malah meminta untuk di follow back di Instagram. Insiden ini memicu reaksi warganet, yang mempertanyakan profesionalisme layanan kesehatan daring.
Melalui akun Instagram pribadinya, Nadin membagikan pengalaman saat menghubungi dokter secara daring untuk mendapatkan resep obat. Alih-alih mendapat pelayanan profesional, ia merasa terganggu karena dokter tersebut lebih fokus meminta follow back di media sosial.
Hal ini membuat Nadin mempertanyakan etika dokter dalam menangani pasien. Bagaimana seorang profesional medis bisa memanfaatkan situasi konsultasi yang seharusnya serius untuk kepentingan pribadi. Dalam unggahan insta story nya ia menulis, “konsul belum selesai, obat belum diresepin, ga ada ujan gada angin minta follback?”
Baca Juga: Luna Bijl Kekasih Maarten Paes yang Curi Perhatian Publik
Sontak postingan tersebut segera menjadi perhatian publik. Banyak warganet yang sepakat dengannya dan menyayangkan tindakan dokter tersebut. Beberapa menganggap bahwa insiden ini mencoreng kepercayaan masyarakat terhadap layanan konsultasi medis online, yang saat ini sedang berkembang pesat.
Ada pula yang berbagi pengalaman serupa, menunjukkan bahwa kasus seperti ini bukan pertama kalinya terjadi. Etika dokter, khususnya dalam layanan daring, menjadi sorotan utama dalam diskusi yang berkembang di media sosial.
Kasus ini mengungkapkan tantangan dalam menjaga profesionalisme di era digital, khususnya pada layanan kesehatan online. Dengan kemajuan teknologi, banyak orang memilih konsultasi daring karena praktis dan cepat. Namun, insiden seperti yang dialami Nadin menunjukkan adanya celah dalam sistem yang perlu diperbaiki.
Layanan kesehatan online harus mampu menjaga standar profesionalisme dan privasi pasien. Jika tidak, kepercayaan masyarakat terhadap layanan ini bisa menurun, dan hal tersebut dapat berdampak buruk pada perkembangan telemedicine di Indonesia.
Pasien, seperti Nadin, berhak mendapatkan layanan yang profesional tanpa gangguan atau konflik kepentingan. Kasus ini menunjukkan pentingnya pengawasan terhadap praktik dokter dalam layanan daring untuk memastikan standar etika tetap terjaga.
Menurut beberapa ahli, pelatihan tambahan mengenai interaksi daring bisa menjadi solusi. Hal ini diperlukan untuk memastikan dokter dapat memberikan layanan berkualitas tanpa melanggar batas-batas profesionalisme.
Baca Juga: Gaya Glamor Jennifer Lopez di Perayaan 45 Tahun Elie Saab di saudi Arabia
Kejadian ini harus menjadi pelajaran bagi penyedia layanan kesehatan untuk meningkatkan pengawasan dan kualitas pelatihan bagi tenaga medis mereka.
Etika dan profesionalisme adalah kunci utama dalam membangun kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan, baik daring maupun konvensional. Kasus ini mengingatkan semua pihak akan pentingnya menjaga integritas dalam setiap bentuk pelayanan, terutama di sektor yang melibatkan kesehatan dan kesejahteraan publik.
Baca juga : Sambutan Hangat Masyarakat Indonesia yang berkesan bagi Paus Fransiskus
Baca juga : Bagaimana Media Sosial Mengubah Hidup: Kisah Viral dari Kampung TikTok di Sukabumi
Pewarta : Mustika Pertiwi
Laporan Iseng Masuk, Program Lapor Mas Wapres Perkuat Sistem Pengaduan
Hukum & Politik | 19 Nov 2024 - 13:27 WIB
Entertainment | 21 Nov 2024 - 14:35 WIB
Entertainment | 21 Nov 2024 - 14:23 WIB
Entertainment | 21 Nov 2024 - 14:07 WIB
Hukum & Politik | 21 Nov 2024 - 13:45 WIB
Financial | 21 Nov 2024 - 13:40 WIB
Financial | 02 Sep 2024 - 11:32 WIB
Internasional | 02 Sep 2024 - 11:55 WIB
Lifestyle | 04 Sep 2024 - 19:37 WIB
Entertainment | 04 Sep 2024 - 20:18 WIB