
Gibran Minta Mendikdasmen Hapus Zonasi PPDB dan Dorong Pendidikan Digital untuk Indonesia Emas 2045
Hukum & Politik | 22 Nov 2024 - 20:29 WIB
2024-12-28 19:26:23
JelajahJawa (28/12) — Pandemi COVID-19 telah menyadarkan dunia akan pentingnya kewaspadaan terhadap patogen yang berpotensi memicu krisis kesehatan global. Salah satu ancaman yang kini menjadi perhatian para ilmuwan adalah flu burung H5N1, subtipe influenza A, yang diperkirakan dapat menjadi masalah serius pada tahun 2025.
Virus ini telah menyebar luas di kalangan unggas liar dan peliharaan, serta mulai menginfeksi hewan lain seperti sapi perah di Amerika Serikat dan kuda di Mongolia.
Meski saat ini H5N1 tidak menular antar manusia, ancaman mutasi pada virus ini menempatkannya dalam daftar prioritas kesehatan global. Tingkat kematian akibat infeksi pada manusia melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi dilaporkan mencapai 30 persen, memberikan sinyal bahaya serius.
Sebuah penelitian terbaru bahkan menemukan bahwa satu mutasi pada genom H5N1 dapat memungkinkan virus ini menyebar dari manusia ke manusia, yang berpotensi memicu pandemi baru.
Virus influenza, termasuk H5N1, bekerja dengan menempel pada reseptor sialik untuk memasuki sel inangnya. Pada flu burung, reseptor ini lebih kompatibel dengan sel burung dibandingkan sel manusia, yang menjadi alasan utama mengapa penularan antar manusia masih sangat terbatas.
Namun, mutasi tertentu dapat mengubah pola interaksi ini, memungkinkan virus beradaptasi dengan reseptor manusia dan meningkatkan risiko penyebarannya.
Berbagai negara telah mengambil langkah antisipatif menghadapi ancaman ini. Inggris, misalnya, telah memesan 5 juta dosis vaksin H5 sebagai bagian dari strategi mitigasi jika virus ini mulai menular antar manusia.
Selain itu, sistem deteksi dini dan pengawasan epidemiologi terus diperkuat di berbagai negara untuk meminimalkan dampak virus ini, baik pada manusia maupun hewan.
Namun, dampak flu burung H5N1 tidak hanya terbatas pada kesehatan manusia. Penyebarannya di kalangan unggas dan hewan lainnya juga berpotensi mengganggu pasokan makanan global.
Penurunan produksi unggas dan hewan ternak akibat virus ini dapat memicu kenaikan harga pangan, yang pada akhirnya memengaruhi ekonomi global.
Baca juga : Telinga Berdenging Bisa Akibatkan Faktor Lain, Ini Penjelasannya
Baca juga : Hidup di Air, Begini Cara Ikan Tetap Terhidrasi
Pewarta : Faja Faradila
Gibran Minta Mendikdasmen Hapus Zonasi PPDB dan Dorong Pendidikan Digital untuk Indonesia Emas 2045
Hukum & Politik | 22 Nov 2024 - 20:29 WIB
Edu/Tech | 06 Aug 2025 - 15:29 WIB
Edu/Tech | 06 Aug 2025 - 15:27 WIB
Edu/Tech | 05 Aug 2025 - 13:57 WIB
Edu/Tech | 05 Aug 2025 - 13:51 WIB
Edu/Tech | 04 Aug 2025 - 14:28 WIB
Internasional | 02 Sep 2024 - 11:55 WIB
Lifestyle | 04 Sep 2024 - 19:37 WIB
Entertainment | 04 Sep 2024 - 20:18 WIB
Entertainment | 05 Sep 2024 - 18:43 WIB