7 Spesies Hewan yang Masih Bertahan dari Zaman Kepunahan Dinosaurus

2024-12-30 11:58:05

7 Spesies Hewan yang Masih Bertahan dari Zaman Kepunahan Dinosaurus
Sumber Gambar: kompas.com

JelajahJawa (30/12) — Kehidupan di Bumi telah melewati berbagai fase evolusi yang panjang, dengan banyak spesies yang muncul dan punah sepanjang sejarah. Era dinosaurus adalah salah satu periode paling penting dalam sejarah Bumi, yang berakhir sekitar 66 juta tahun lalu karena kepunahan massal. Meskipun dinosaurus punah, beberapa spesies berhasil bertahan hingga saat ini. Spesies-spesies ini disebut “fosil hidup” karena mereka memiliki hubungan langsung dengan nenek moyang yang hidup di zaman purba.


Fosil hidup memberikan gambaran menarik tentang bagaimana kehidupan di Bumi berkembang dan bertahan selama jutaan tahun. Keberadaan mereka menunjukkan bagaimana beberapa makhluk mampu bertahan melewati berbagai perubahan lingkungan yang ekstrem, seperti pergeseran iklim, bencana alam, hingga peristiwa kepunahan massal. Adaptasi yang mereka miliki menjadi salah satu kunci utama untuk tetap bertahan selama ratusan juta tahun.


Meskipun tampak seperti “tidak berubah” selama jutaan tahun, penelitian menunjukkan bahwa fosil hidup tetap mengalami evolusi, walaupun dalam skala yang lambat. Fenomena ini dikenal sebagai stasis evolusi, di mana spesies mempertahankan sebagian besar karakteristik fisik mereka meskipun terjadi perubahan lingkungan. 


Lantas, spesies apa saja yang berhasil bertahan hingga saat ini? yuk simak ulasan berikut ini:


1. Buaya


Buaya modern seperti aligator, caiman, dan gharial memiliki nenek moyang yang hidup berdampingan dengan dinosaurus pada zaman Kapur Akhir, sekitar 80 juta tahun lalu. Gaya hidup mereka yang semi-akuatik, seperti berjemur di tepi sungai dan berburu mangsa di air, masih mirip dengan nenek moyang mereka.


Namun, meski terlihat “tidak berubah,” buaya masa kini sebenarnya sangat berbeda dari kerabat purba mereka. Nenek moyang buaya pertama kali muncul sekitar 235 juta tahun lalu pada Zaman Trias. Mereka jauh lebih beragam, dengan beberapa spesies memiliki kemampuan untuk berlari cepat di daratan atau hidup sepenuhnya di air. Evolusi inilah yang memungkinkan buaya bertahan melewati berbagai perubahan lingkungan drastis, termasuk kepunahan dinosaurus.


2. Kepiting Tapal Kuda


Kepiting tapal kuda sering dianggap sebagai salah satu spesies paling purba yang masih hidup hingga kini. Meski disebut “kepiting,” hewan ini lebih berkerabat dengan laba-laba, kutu, dan kalajengking. Nenek moyang mereka pertama kali muncul sekitar 445 juta tahun lalu, jauh sebelum dinosaurus ada.


Anatomi kepiting tapal kuda hampir tidak berubah selama ratusan juta tahun, kondisi yang disebut sebagai “stasis morfologi.” Hewan ini masih hidup di dasar laut berlumpur, berburu cacing dan moluska kecil. Toleransi mereka terhadap kondisi ekstrem seperti kadar oksigen rendah dianggap menjadi alasan utama mereka berhasil melewati kepunahan massal, termasuk peristiwa yang memusnahkan dinosaurus.


3. Tawon Kayu Cedar


Tawon kecil ini adalah satu-satunya spesies yang tersisa dari famili tawon yang pernah berkembang pesat pada Jurassic Tengah, sekitar 165 juta tahun lalu. Syntexis libocedrii, nama ilmiahnya, dikenal memiliki kebiasaan unik bertelur di kayu cedar yang baru terbakar.


Setelah menetas, larva tawon kayu cedar mengebor kayu dan memakannya untuk bertahan hidup. Proses ini bisa berlangsung hingga tiga tahun sebelum mereka akhirnya menjadi dewasa, hidup hanya beberapa hari untuk berkembang biak. Kebiasaan unik ini, bersama dengan adaptasi yang kuat terhadap lingkungan, membuat mereka bertahan melewati berbagai perubahan besar dalam sejarah Bumi.


4. Tuatara


Reptil ini sering dianggap sebagai “saudara purba” dari kadal, meski berasal dari famili yang berbeda, yaitu Sphenodontidae. Tuatara pertama kali muncul pada zaman Jurassic Awal, sekitar 200 juta tahun lalu. Mereka memiliki mata ketiga di atas kepala yang digunakan untuk mengatur ritme sirkadian dan suhu tubuh.


Saat ini, tuatara hanya ditemukan di pulau-pulau kecil di sekitar Selandia Baru. Mereka dianggap sebagai “harta karun evolusi” karena menjadi satu-satunya spesies yang tersisa dari famili reptil purba ini. Adaptasi unik mereka memungkinkan tuatara bertahan dari perubahan iklim dan persaingan dengan spesies lain selama jutaan tahun.


5. Platipus


Mamalia bertelur ini adalah salah satu hewan paling aneh di dunia. Platipus, bersama echidna, adalah bagian dari kelompok monotremata yang bercabang dari mamalia lain sekitar 170 juta tahun lalu. Ciri khas mereka yang unik, seperti paruh seperti bebek, taji berbisa pada kaki jantan, dan kemampuan mendeteksi gerakan melalui elektroreseptor, membuat mereka berbeda dari mamalia lainnya.


Platipus juga menggunakan paruhnya untuk menyaring lumpur di dasar sungai, mencari makanan seperti udang, cacing, dan udang karang. Kemampuan beradaptasi yang luar biasa ini membantu mereka bertahan dari perubahan besar di Bumi sejak zaman Jurassic.


6. Lungfish (Ikan Paru-Paru)


Ikan ini termasuk salah satu spesies tertua yang masih hidup hingga kini, dengan nenek moyang yang pertama kali muncul lebih dari 410 juta tahun lalu. Lungfish memiliki paru-paru yang memungkinkan mereka bernapas di udara, sebuah kemampuan yang sangat berguna di lingkungan dengan kadar oksigen rendah.


Saat ini, ada enam spesies lungfish yang hidup di Afrika, Amerika Selatan, dan Australia. Mereka hanya ditemukan di air tawar, meski nenek moyang mereka dulu menghuni berbagai perairan, termasuk laut. Lungfish juga dianggap sebagai salah satu bukti evolusi, karena mereka memiliki hubungan dekat dengan tetrapoda, nenek moyang hewan darat seperti amfibi, reptil, dan mamalia.


7. Ikan Coelacanth


Coelacanth adalah salah satu contoh paling terkenal dari fosil hidup. Ikan ini pernah dianggap punah selama lebih dari 66 juta tahun, hingga akhirnya ditemukan kembali pada 1938 di perairan Afrika Selatan. Coelacanth pertama kali muncul sekitar 409 juta tahun lalu dan memiliki lebih dari 100 spesies yang telah diidentifikasi melalui fosil.


Hari ini, hanya dua spesies coelacanth yang diketahui masih ada, tinggal di gua-gua perairan dalam Samudra Hindia bagian barat. Kehidupan mereka di lingkungan stabil seperti perairan dalam dianggap sebagai alasan utama mereka mampu bertahan dari berbagai peristiwa kepunahan besar, termasuk “Great Dying,” yang memusnahkan 90% kehidupan di Bumi.


Hewan-hewan ini adalah bukti nyata kekuatan adaptasi dan evolusi. Meskipun disebut “fosil hidup,” mereka terus berubah dalam skala mikroskopis untuk bertahan hidup. Keberadaan mereka mengingatkan kita bahwa kehidupan di Bumi penuh dengan keajaiban dan kelangsungan hidup bergantung pada kemampuan beradaptasi dengan perubahan.


Baca juga : Kenaikan Pangkat Seskab Teddy Indra Wijaya Menuai Kritik

Baca juga : Sejarah dan Resep Nasi Tempong Khas Banyuwangi

Pewarta : Faja Faradila

Bagikan Artikel Ini

Bagaimana Menurutmu?

0
0
0
0
0
0
0

Berita Lainnya

Document