Penemuan Baru Ungkap Usia Bulan Lebih Tua dari yang Diperkirakan

2025-01-03 22:16:06

Penemuan Baru Ungkap Usia Bulan Lebih Tua dari yang Diperkirakan
Sumber Gambar: merdeka.com

JelajahJawa (3/1) — Bulan, yang selama ini diperkirakan terbentuk sekitar 4,35 miliar tahun yang lalu, ternyata bisa lebih tua dari yang sebelumnya diperkirakan. Penemuan ini mengubah pemahaman ilmuwan tentang sejarah Bulan dan proses pembentukannya yang panjang. Studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature pada 18 Desember 2024 menunjukkan bahwa Bulan mungkin terbentuk sekitar 4,53 miliar tahun yang lalu, atau ratusan juta tahun lebih tua dari estimasi sebelumnya.


Teori Pembentukan Bulan


Selama ini, teori yang paling diterima mengenai pembentukan Bulan adalah tabrakan dahsyat antara Bumi muda dengan objek besar seukuran Mars, yang disebut dengan Theia. Tabrakan ini diperkirakan menyebabkan material dari kerak dan mantel Bumi terlempar ke luar angkasa, membentuk cakram debu dan gas yang kemudian berputar mengelilingi Bumi. Gravitasi Bumi menarik material tersebut dan akhirnya menyatu untuk membentuk Bulan yang kita kenal sekarang.


Teori ini sudah lama diterima sebagai penjelasan utama, tetapi pertanyaan mengenai usia tepat Bulan dan asal-usulnya tetap menarik perhatian ilmuwan.


Studi Terbaru Mengungkapkan Usia Lebih Tua


Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Francis Nimmo, seorang ahli geologi dari University of California Santa Cruz, membawa wawasan baru terkait usia Bulan. Dalam studi yang berjudul “Tidally Driven Remelting Around 4.35 Billion Years Ago Indicates The Moon is Old,” Nimmo dan timnya melakukan penelitian terhadap sampel zirkon yang diambil dari Bulan. Hasil penelitian ini dipublikasikan pada akhir tahun 2024 dan menunjukkan bahwa usia Bulan sebenarnya lebih tua, berkisar antara 4,43 hingga 4,53 miliar tahun, bukan 4,35 miliar tahun seperti yang sebelumnya diperkirakan.


Zirkon adalah mineral yang sangat berharga dalam penentuan usia geologi karena memiliki kemampuan untuk “mengunci” informasi usia dengan sangat akurat. Ketika zirkon terbentuk, ia mengandung uranium, tetapi tidak mengandung timbal. Seiring waktu, uranium dalam zirkon berubah menjadi timbal melalui proses peluruhan radioaktif yang dapat dihitung secara tepat. Dengan mengukur rasio uranium terhadap timbal dalam sampel zirkon, peneliti akhirnya dapat menghitung usia pembentukan Bulan dengan lebih presisi.


Mengapa Penemuan Ini Penting?


Penemuan ini tidak hanya memberikan jawaban mengenai usia Bulan, tetapi juga membantu menjelaskan sejumlah misteri terkait satelit alami Bumi ini. Salah satu misteri yang sering dipertanyakan adalah mengapa Bulan memiliki lebih sedikit cekungan tumbukan besar jika dibandingkan dengan planet atau satelit lain. Cekungan tumbukan besar biasanya terbentuk saat benda langit seperti asteroid atau komet menabrak permukaan Bulan, meninggalkan jejak berupa kawah besar.


Menurut Nimmo, salah satu alasan mengapa Bulan memiliki lebih sedikit cekungan adalah karena proses panas pasang surut yang terjadi pada masa-masa awal pembentukannya. Panas yang dihasilkan oleh efek pasang surut ini menyebabkan permukaan Bulan meleleh kembali dan menghapus cekungan-cekungan tersebut. Proses ini dikenal sebagai tidal remelting, yang merujuk pada pencairan permukaan akibat interaksi gravitasi antara Bumi dan Bulan.


Mengapa Bulan Memiliki Lebih Sedikit Logam?


Selain itu, penemuan ini juga menjelaskan mengapa Bulan memiliki lebih sedikit logam di permukaannya dibandingkan dengan Bumi. Dalam proses pembentukannya, Bulan mengalami pemanasan yang cukup tinggi akibat pasang surut yang disebabkan oleh gravitasi Bumi. Panas ini menyebabkan logam-logam di permukaan Bulan tenggelam ke bawah lapisan permukaannya. Hal ini berbanding terbalik dengan Bumi yang memiliki lapisan kerak yang lebih tebal dan lebih banyak mengandung logam di permukaannya.


Menurut Nimmo, temuan ini sangat penting untuk memahami evolusi Bumi dan Bulan. Dengan mengetahui usia dan proses yang terjadi pada Bulan, kita bisa lebih memahami sejarah planet kita sendiri. “Bulan kemungkinan telah menjadi pendamping Bumi hampir sepanjang waktu,” kata Nimmo, menggarisbawahi hubungan erat antara kedua objek langit ini.


Penemuan ini tidak hanya berimplikasi pada pemahaman kita tentang Bulan, tetapi juga memberikan wawasan baru mengenai pembentukan tata surya secara keseluruhan. Usia Bulan yang lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya mengindikasikan bahwa proses pembentukan planet dan satelit di tata surya mungkin terjadi lebih cepat daripada yang kita duga. Dengan kata lain, Bulan bisa saja terbentuk lebih awal dalam sejarah tata surya, bersama dengan pembentukan Bumi itu sendiri.


Berita Lainnya

Document