USAID Ditutup, Upaya Eliminasi TBC dan Program Kesehatan Global Terancam

2025-03-07 10:43:58

USAID Ditutup, Upaya Eliminasi TBC dan Program Kesehatan Global Terancam
Sumber Gambar: cnn

Keputusan Pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump untuk menutup Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) menimbulkan kekhawatiran besar terhadap upaya global dalam menangani berbagai masalah kesehatan, termasuk tuberkulosis (TBC), HIV, dan polio. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa setidaknya 50 negara, termasuk Indonesia, terdampak langsung oleh penghentian pendanaan ini.

Ancaman Serius terhadap Eliminasi TBC

USAID selama ini memainkan peran penting dalam pendanaan dan dukungan teknis untuk berbagai program kesehatan, termasuk pencegahan dan penanggulangan tuberkulosis. Bantuan ini terbukti sangat efektif dalam mengurangi angka kematian akibat TBC. WHO mencatat bahwa dana dari USAID membantu mencegah sekitar 3,65 juta kematian akibat TBC pada tahun lalu saja.

Namun, dengan dihentikannya pendanaan tersebut, 18 negara dengan beban TBC tertinggi kini berada dalam risiko besar. Negara-negara di Afrika, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat menjadi yang paling terdampak, mengingat 89% dari dana yang digunakan untuk perawatan TBC di kawasan ini bergantung pada bantuan AS. Akibatnya, sistem pengujian dan pemantauan kasus TBC, rantai pasokan obat-obatan, serta ribuan pekerja kesehatan kini menghadapi ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK).

Direktur Program Global WHO untuk TBC dan Kesehatan Paru-paru, Tereza Kasaeva, menekankan bahwa penghentian ini bisa membatalkan pencapaian yang telah diraih dengan susah payah. "Tanpa tindakan segera, kemajuan dalam memerangi TBC akan terancam. Kita harus bertindak cepat, strategis, dan memiliki sumber daya yang memadai untuk melindungi mereka yang paling rentan," ujarnya.

Baca juga:

Dampak Global terhadap Program Kesehatan

Tidak hanya TBC, penghentian operasional USAID juga berdampak pada program-program kesehatan lainnya. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengungkapkan bahwa keputusan AS untuk menarik diri dari WHO serta menghentikan pendanaan Rencana Darurat Presiden AS untuk Bantuan AIDS (Pepfar) menyebabkan gangguan besar dalam layanan pengujian, perawatan, dan pencegahan HIV di 50 negara. Klinik-klinik yang sebelumnya didanai oleh AS kini banyak yang tutup, sementara tenaga kesehatan mengalami PHK massal.

Selain itu, upaya pemberantasan polio dan infeksi menular lainnya juga terdampak. WHO saat ini tengah mengupayakan solusi jangka pendek dengan mencari dukungan dari negara-negara lain untuk berbagi pasokan obat-obatan, tetapi Tedros menekankan bahwa solusi jangka panjang yang lebih berkelanjutan tetap diperlukan.

Indonesia di Antara Negara yang Paling Terdampak

Sebagai salah satu negara yang selama ini menerima bantuan dari USAID, Indonesia juga mengalami dampak signifikan akibat keputusan ini, khususnya dalam upaya eliminasi TBC. Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, Widyawati, menyatakan bahwa penghentian operasional USAID berisiko menghambat dukungan teknis dan sumber daya yang dibutuhkan dalam berbagai program kesehatan di Indonesia.

Beberapa program yang terancam mencakup deteksi dini kasus TBC, pelatihan tenaga kesehatan, kampanye kesadaran masyarakat, serta pengadaan obat-obatan. Meski demikian, pemerintah Indonesia berusaha untuk memastikan bahwa layanan tetap berjalan dengan optimal. "Masyarakat tidak perlu khawatir karena layanan tuberkulosis tetap berjalan dengan baik," ujar Widyawati.

Untuk mengatasi dampak penghentian pendanaan ini, pemerintah telah melakukan berbagai langkah, seperti menetapkan prioritas dalam logistik kesehatan, memastikan ketersediaan obat-obatan di dalam negeri, serta melakukan realokasi anggaran agar program kesehatan tetap berjalan tanpa mengurangi kualitas layanan. Selain itu, kegiatan-kegiatan daring dioptimalkan guna mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya yang terbatas.

Baca juga: 

Harapan agar AS Melanjutkan Pendanaan

WHO dan berbagai organisasi kesehatan global terus mendesak AS untuk mempertimbangkan kembali keputusannya. Tedros menyatakan bahwa meskipun beberapa negara telah bersedia untuk membantu mengisi kekosongan yang ditinggalkan USAID, pendanaan jangka panjang tetap menjadi tantangan besar. "Kami meminta AS untuk tetap melanjutkan pendanaannya, setidaknya sampai solusi jangka panjang bisa ditemukan," tegasnya.

Dampak dari keputusan ini menunjukkan betapa pentingnya peran pendanaan internasional dalam upaya menangani penyakit menular di berbagai negara. Dengan ancaman besar terhadap eliminasi TBC dan program kesehatan lainnya, komunitas global harus berkolaborasi untuk memastikan bahwa layanan kesehatan bagi masyarakat yang rentan tetap terjaga. Pemerintah Indonesia dan negara-negara lain yang terdampak perlu mencari solusi alternatif agar target eliminasi TBC 2030 tetap dapat tercapai meskipun tanpa bantuan USAID.

Baca juga : Menjelajahi Keindahan Alam Pegunungan Dieng

Baca juga : Deretan Artis yang Maju dalam Pilkada 2024

Pewarta : Eve

Bagikan Artikel Ini

Bagaimana Menurutmu?

0
0
0
0
0
0
0

Berita Lainnya

Document