Jajak Pendapat: 45% Warga Greenland Anggap Tawaran Trump Sebagai Ancaman, 43% Melihat Peluang

2025-03-07 12:13:48

Jajak Pendapat: 45% Warga Greenland Anggap Tawaran Trump Sebagai Ancaman, 43% Melihat Peluang
Sumber Gambar: CNN Indonesia

Jelajah Jawa – Sebuah jajak pendapat terbaru mengungkap bahwa 45 persen warga Greenland menganggap keinginan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk mengambil alih wilayah mereka sebagai sebuah ancaman. Sementara itu, 43 persen responden hanya melihatnya sebagai peluang, dan 13 persen lainnya memilih abstain.


Survei ini menjadi sorotan karena merupakan jajak pendapat pertama yang secara langsung menggambarkan pemandangan masyarakat Greenland mengenai wacana kontroversial ini. Pada tahun 2019, Trump secara terbuka mengungkapkan ketertarikannya untuk membeli Greenland dari Denmark, yang kemudian memicu ketegangan kemitraan antara kedua negara.  


_"Ini adalah jajak pendapat pertama yang menanyakan langsung perwakilan dari populasi Greenland dan menurut saya ini sangat penting,"_ ujar Profesor ilmu politik dari Universitas Kopenhagen, Moller Hansen, seperti dikutip dari AFP.  


Reaksi Beragam dari Warga Greenland

Keinginan Trump untuk membeli Greenland awalnya ditanggapi dengan skeptisisme dan bahkan dianggap sebagai lelucon oleh banyak pihak, terutama oleh pemerintah Denmark dan pejabat Greenland. Perdana Menteri Denmark saat itu, Mette Frederiksen, dengan tegas menolak gagasan tersebut dan menyebutnya sebagai sesuatu yang "absurd."  


Namun, jajak pendapat ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar masyarakat Greenland menganggap rencana itu sebagai ancaman, ada juga hampir setengahnya yang melihatnya sebagai peluang. Bagi mereka yang merasa terancam, kekhawatiran utama adalah masalah pelestarian alam, budaya, dan hak-hak masyarakat adat Greenland yang selama ini berjuang untuk menentukan nasibnya sendiri.  


Di sisi lain, kelompok yang melihatnya sebagai peluang berpendapat bahwa akuisisi oleh AS bisa membawa manfaat ekonomi yang besar. Greenland, yang merupakan wilayah otonomi Denmark, masih bergantung pada subsidi dari pemerintah Denmark. Dengan masuknya investasi Amerika, infrastruktur, layanan kesehatan, dan pendidikan di Greenland berpotensi berkembang pesat.  


_"Kita tidak bisa menutup mata terhadap fakta bahwa perekonomian kita masih lemah. Jika AS bisa membawa investasi besar-besaran, mungkin kita harus mempertimbangkannya,"_ ujar seorang warga Nuuk yang memilih untuk tidak menyebutkan namanya.  


Namun, di antara dua pandangan tersebut, ada juga kelompok yang memilih abstain. Sebagian besar dari mereka merasa bahwa isu ini terlalu kompleks untuk ekosistem dalam pilihan “ancaman” atau “peluang.”  


AS Geopolitik Greenland dan Kepentingan


Ketertarikan Trump terhadap Greenland bukan sekadar iseng. Secara strategis, Greenland memiliki nilai geopolitik yang sangat tinggi. Wilayah ini memiliki cadangan sumber daya alam yang melimpah, termasuk tanah jarang (logam tanah jarang) yang sangat dibutuhkan dalam industri teknologi.  


Selain itu, secara militer, Greenland berada di lokasi yang sangat strategis di kawasan Arktik, yang semakin menjadi ajang persaingan kekuatan besar seperti AS, Rusia, dan Tiongkok. AS sendiri telah lama memiliki kehadiran militer di Greenland, salah satunya melalui pangkalan udara Thule yang berperan penting dalam sistem pertahanan rudal Amerika Utara.  


Banyak analis yang menilai bahwa ketertarikan AS terhadap Greenland bukan semata-mata soal membeli wilayah, melainkan lebih untuk memperkuat pengaruhnya di kawasan Arktik. Dalam beberapa tahun terakhir, Arktik menjadi semakin penting karena perubahan iklim membuka jalur pelayaran baru dan mempercepat eksplorasi sumber daya alam.  


Masa Depan Greenland: Antara Denmark dan Kemandirian

Hingga saat ini, Greenland tetap menjadi wilayah otonomi Denmark dengan status pemerintahan sendiri yang cukup luas. Namun, hubungan dengan Denmark masih termasuk di kalangan warga Greenland sendiri. Beberapa kelompok ingin memperjuangkan kemerdekaan penuh, sementara yang lain merasa bahwa tetap berada di bawah Denmark lebih menguntungkan secara ekonomi.  


Meskipun tawaran Trump kini hanya tinggal sejarah, jajak pendapat ini menunjukkan bahwa isu kedaulatan Greenland masih menjadi topik yang relevan di kalangan warganya.  


Apakah di masa depan akan ada kesepakatan serupa dari negara lain? Ataukah Greenland justru akan semakin mendekati kemandirian? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Berita Lainnya

Document