Women From Rote Island Siap Mewakili Indonesia di Kompetisi Internasional Oscar 2025

2024-09-21 17:39:16

Women From Rote Island Siap Mewakili Indonesia di Kompetisi Internasional Oscar 2025
Sumber Gambar: medcom.id

JelajahJawa (21/09) - Film Indonesia Women From Rote Island berhasil lolos seleksi untuk mengikuti kompetisi Piala Oscars ke-97 di Amerika Serikat (AS). 

Dilansir dari Antara pada Rabu (18/09), Film besutan sutradara Jeremias Nyangoen ini akan menjadi wakil Indonesia dalam kategori Best International Feature Film.

Keputusan untuk mengajukan film yang diproduksi oleh Bintang Cahaya Sinema dan Langit Terang Sinema ini diambil oleh Komite Seleksi Oscar Indonesia yang dipimpin oleh Deddy Mizwar pada malam hari, Selasa (17/9/2024). Komite tersebut menetapkan pilihannya setelah menonton beberapa film Indonesia unggulan dan melakukan diskusi mendalam. Proses seleksi serta diskusi diadakan di bioskop MD Pictures, Kuningan, Jakarta.

Melalui akun Instagram resminya, Bintang Cahaya Sinema menyampaikan, "Film 'Women From Rote Island' terpilih mewakili Indonesia pada ajang OSCARS ke-97 untuk Kategori International Feature Film."

Sebelumnya, terdapat sekitar 16 judul film Indonesia yang mendaftar dan diseleksi oleh komite sejak awal bulan. Komite ini, yang dibentuk oleh Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) dan telah diakreditasi oleh Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS), beranggotakan sembilan profesional perfilman, termasuk Deddy Mizwar, Cesa David Lukmansyah, Edwin Nazir, Garin Nugroho, Ilham Bintang, Ratna Riantiarno, Slamet Rahardjo, Thoersi Argeswara, dan Widyawati.

Deddy Mizwar menekankan pentingnya dukungan serta partisipasi aktif dari seluruh pihak yang terlibat dalam industri perfilman terkait dengan keikutsertaan Indonesia di ajang Piala Oscar.

"Dari hasil evaluasi kami, salah satu kelemahan terbesar adalah kurangnya dukungan promosi untuk film yang diikutsertakan di Oscars. Ini membuat panitia kesulitan menarik perhatian juri dan masyarakat internasional," ujar Deddy seperti dilansir oleh Antara.

"Padahal, tujuan kita bukan hanya untuk memenangkan Oscar, tetapi juga menempatkan film Indonesia di peta perfilman dunia," tambahnya.

 Lebih lanjut Women From Rote Island menjadi film ke-26 yang dikirim oleh Indonesia untuk bersaing di kategori Best International Feature Film sejak pertama kali ikut serta pada tahun 1987. Meski sudah 26 kali berpartisipasi, Indonesia belum pernah berhasil masuk daftar nominasi kategori yang sebelumnya dikenal sebagai Best Foreign Language Film.

Pada beberapa tahun terakhir, Indonesia mengirimkan film-film unggulan, seperti ‘Perempuan Tanah Jahanam’ karya Joko Anwar pada 2020, ‘Yuni’ karya Kamila Andini pada 2021, ‘Ngeri-Ngeri Sedap’ karya Bene Dion pada 2022, dan ‘Autobiography’ karya Makbul Mubarak pada 2023.


Tentang Film

Women From Rote Island mengangkat kisah perjuangan Mama Orpa (Linda Adoe) dalam mencari keadilan bagi anaknya yang menjadi korban kekerasan. Film ini mengikuti kisah Martha (Irma Rihi), putri sulung Mama Orpa yang bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia. Martha kembali ke kampung halamannya di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam kondisi trauma setelah mengalami kekerasan dari majikannya. Namun, penderitaan Martha tidak berhenti di sana. Di Pulau Rote, ia menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh sekelompok pria.

Film ini menggambarkan kesulitan yang dihadapi korban kekerasan seksual di Indonesia Timur, serta tantangan dalam mendapatkan keadilan di tengah sistem hukum yang lemah dan budaya sosial yang kurang mendukung. Melalui sinematografi intens dan visual mendalam, sutradara Jeremias Nyangoen menyoroti kondisi TKI serta kehidupan sehari-hari masyarakat di sekitar keluarga Mama Orpa. Ia juga menampilkan keterbatasan dalam hal dukungan dan fasilitas rehabilitasi bagi korban kekerasan seksual di Pulau Rote Ndao.

Selain itu, film ini memperlihatkan keindahan alam serta budaya Pulau Rote, seperti kain tenun, tarian adat, dan upacara pemakaman yang dipengaruhi oleh tradisi Kristen, agama mayoritas di NTT. Teknik sinematografi one shot long take digunakan untuk menampilkan kekayaan alam mulai dari perbukitan hingga pantai.

Dari segi audio, film ini diiringi oleh perpaduan musik tradisional dan dentingan piano lembut, menciptakan atmosfer emosional yang kuat sepanjang cerita. Pesan utama film ini jelas, yakni menyerukan agar masyarakat bersatu dalam menghentikan kekerasan seksual.


Berita Lainnya

Document