
8,8 Juta Warga Indonesia Terlibat Judi Online, 80 Ribu di Antaranya Anak-Anak
Hukum & Politik | 22 Nov 2024 - 20:34 WIB
2025-05-28 16:59:44
JelajahJawa.id - Untuk pertama kalinya dalam sejarah, negara-negara Asia Tenggara, negara Teluk, dan China duduk satu meja dalam sebuah pertemuan tingkat tinggi. Namanya: KTT ASEAN-GCC-China, yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (27/5/2025).
Pertemuan ini jadi momen penting karena mempertemukan tiga kawasan yang masing-masing punya kekuatan ekonomi dan strategis. Sekretaris Jenderal ASEAN, Kao Kim Hourn, menyebut ini sebagai langkah berani dan patut diapresiasi. “Malaysia layak dapat penghargaan karena berhasil menginisiasi KTT ini dengan dukungan penuh negara-negara anggota,” katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (28/5/2025).
Pertemuan ini nggak cuma ajang kumpul-kumpul para pejabat tinggi. Mereka bahas banyak hal serius, terutama soal masa depan kerja sama ekonomi.
Salah satu poin penting yang dibahas adalah bagaimana tiga kawasan ini—ASEAN, GCC, dan China—bisa saling melengkapi. ASEAN tetap pegang prinsip perdagangan bebas yang terbuka dan berbasis aturan, kerja bareng dengan WTO juga masih lanjut seperti biasa.
“Intinya, semua pihak sepakat lanjutkan kerja sama yang sudah ada, terutama dalam mendukung perdagangan multilateral,” ujar Kao Kim Hourn.
Setiap kawasan punya kekuatan masing-masing. China, misalnya, jadi mitra dagang terbesar ASEAN sekaligus penyumbang investasi asing langsung terbesar kedua. Sementara GCC (negara-negara Teluk) baru dua tahun terakhir intens bangun hubungan dengan ASEAN, tapi langsung tancap gas dengan menawarkan potensi investasi dan kerja sama energi.
“GCC punya sumber daya yang melimpah dan bisa investasi lebih banyak di kawasan kita. ASEAN sendiri fokus pada ketahanan pangan. Jadi bisa saling dukung,” lanjut Kao.
Satu hal menarik yang dibahas juga adalah soal mobilitas tenaga kerja. Negara ASEAN punya banyak warganya yang kerja di negara-negara GCC dan juga China. Maka, isu perlindungan dan mobilitas tenaga kerja jadi bahasan yang nggak bisa dilewatkan.
Menurut Kao, kekuatan pasar China dan potensi industri ASEAN bisa jadi pasangan yang pas. Sektor teknologi dan manufaktur ASEAN terus berkembang, dan kolaborasi ini dinilai punya masa depan cerah.
“Ada banyak kekuatan yang bisa dimanfaatkan bersama,” tutupnya optimistis.
Baca juga : Harga Emas Dunia Naik, Menanti Kabar Perang Dagang AS-China
Baca juga : Apa Itu Gen Beta? Kenali Karakteristiknya
Pewarta : eve
8,8 Juta Warga Indonesia Terlibat Judi Online, 80 Ribu di Antaranya Anak-Anak
Hukum & Politik | 22 Nov 2024 - 20:34 WIB
Internasional | 28 May 2025 - 17:55 WIB
Hukum & Politik | 28 May 2025 - 17:17 WIB
Internasional | 28 May 2025 - 16:59 WIB
Hukum & Politik | 27 May 2025 - 13:59 WIB
Hukum & Politik | 27 May 2025 - 13:27 WIB
Internasional | 02 Sep 2024 - 11:55 WIB
Lifestyle | 04 Sep 2024 - 19:37 WIB
Entertainment | 04 Sep 2024 - 20:18 WIB
Entertainment | 05 Sep 2024 - 18:43 WIB