KAI Commuter Akan Hapus Loket Stasiun KRL, Beralih ke Sistem Digital
Lifestyle | 31 Jan 2025 - 23:53 WIB
2024-12-12 14:42:18
JelajahJawa (12/12) - Tempura sering dianggap sebagai makanan khas Jepang, namun ternyata asal-usulnya bukan berasal dari Negeri Sakura. Hidangan ini sebenarnya merupakan adaptasi dari sebuah resep asing yang kemudian diolah oleh orang Jepang menjadi seperti yang kita kenal sekarang.
Bagi pecinta masakan Jepang, tempura tentu sudah tidak asing. Gorengan khas ini terbuat dari campuran tepung yang renyah dan garing, melapisi berbagai jenis isian seperti udang dan aneka sayuran.
Menurut laporan South China Morning Post, chef Eisaku Hara, seorang ahli pembuat tempura menyebutkan bahwa membuat tempura yang sempurna adalah tantangan besar karena kesederhanaannya.
"Inilah alasan saya sangat menyukai proses pembuatannya," ungkap Hara.
Hara juga berbagi trik penting dalam membuat tempura. Ia hanya memilih bahan-bahan paling segar untuk isiannya, sementara adonan tempura dibuat dari campuran telur, air, dan tepung terigu yang dijaga pada suhu sangat rendah.
Jika ditelusuri asal-usulnya, tempura sebenarnya bukan berasal dari Jepang. Konon, resepnya pertama kali diperkenalkan oleh tiga misionaris asal Portugal pada tahun 1543 saat mereka menuju wilayah jajahan di Asia.
Ketiganya, yaitu Antonio da Mota, Francisco Zeimoto, dan Antonio Peixoto, justru sampai di Jepang setelah keluar dari jalur perjalanan menuju Macau.
Ketiga misionaris tersebut memperkenalkan beberapa barang seperti senjata, tembakau, dan tepung kepada penduduk Jepang.
Mereka juga dipercaya membawa resep gorengan khas Portugal bernama peixinhos da horta, yaitu kacang hijau yang digoreng dengan adonan tepung.
Meskipun resep asli atau sejarah lengkap peixinhos da horta tidak diketahui dengan pasti, chef Rodolfo Vicente, seorang ahli kuliner berdarah Portugal, menjelaskan bahwa makanan ini sangat populer pada abad ke-16.
Hidangan ini dibuat hanya dengan tiga bahan utama, yakni tepung terigu, telur, dan air. Nama peixinhos da horta yang berarti "ikan kecil dari kebun" terinspirasi dari bentuk gorengannya yang menyerupai ikan kecil.
Chef Vicente yang bekerja di restoran Casa Lisboa, Hong Kong, menjelaskan bahwa bangsa Portugal pada masa itu sering membawa makanan gorengan dalam perjalanan laut karena ketahanannya.
Asal-Usul Nama Tempura
Annabel Jackson, seorang antropolog makanan dari Inggris, menyebutkan bahwa kata "tempura" kemungkinan berasal dari tiga istilah dalam bahasa Portugis. Kata "tempera" berarti "memasak," sementara "temporo" berarti "masakan."
Ada juga kata "temporas," yang terkait dengan tradisi makan ikan pada hari Jumat atau makanan vegetarian, mengacu pada kebiasaan berpuasa orang Portugis yang lebih sering mengonsumsi sayuran, seperti pada hidangan peixinhos da horta.
"Jadi ini menunjukkan kepada saya dengan sangat kuat bahwa tempura berasal dari istilah Portugis," kata Jackson.
“Pada tahun 1500-an, di Jepang merupakan periode perang saudara dan penyatuan, ini adalah masa ketika orang berpikiran terbuka terhadap ide-ide baru. Mereka ingin belajar lebih banyak tentang dunia, terutama dari orang Barat," lanjut Jackson.
Hara mengungkapkan bahwa masyarakat Jepang mengadaptasi resep peixinhos da horta dengan sejumlah modifikasi. Mereka mengganti bahan isian dan menciptakan adonan yang lebih tipis, renyah, serta bertekstur garing.
"Orang Portugis membawa senjata dan tepung untuk berdagang. Orang Jepang sudah tahu cara menggunakan senjata, tapi bukan tepung. Ketika mereka bertanya apa yang harus dilakukan dengan tepung, orang Portugis menyuruh mereka menggorengnya dengan sayuran," kata chef Hara.
"Mereka masih belum yakin bagaimana cara membuatnya, jadi orang Portugis mengajari mereka. Begitulah cara tempura dikenal di Jepang." Lanjut Hara.
Bangsa Portugis diketahui pernah mendirikan pos perdagangan di Jepang dan menetap di sana selama kurang dari satu abad.
Pada periode inilah hidangan yang dikenal sebagai "tempura" mulai diperkenalkan secara luas, terutama melalui warung-warung kecil keluarga yang disebut yatai dan berlokasi di pinggir jalan.
Vicente menjelaskan, setiap desa di Jepang pasti memiliki warung yatai. "Mereka mulai membuat resep tempura sendiri. Lalu ketika negara mulai bersatu, mereka saling berbagi resep," ujar Vicente.
Tidak hanya sayuran, belut laut juga diolah menjadi tempura. Orang Jepang memanfaatkan metode penggorengan untuk membuat hidangan belut laut menjadi lebih tahan lama.
Mengenai perjalanan tempura yang berawal dari resep makanan Portugis, Jackson menjelaskan bahwa fenomena semacam ini lazim terjadi. Banyak hidangan yang berasal dari satu wilayah, namun seiring waktu lebih erat kaitannya dengan budaya lain.
"Saya kira ketika suatu hidangan atau masakan menjadi budaya yang begitu melekat dari sebuah negara, Anda benar-benar dapat mulai mengklaimnya sebagai milik Anda," katanya.
"Saya tidak yakin ada yang namanya masakan murni (tanpa pengaruh dari sekitarnya)," tutup Jackson.
Baca juga : Prevalensi Hipertensi di Indonesia Capai 30,8% pada 2023: DKI Jakarta Teratas
Baca juga : DJP Luncurkan Coretax, Solusi Digital untuk Efisiensi Perpajakan
Pewarta : Norma Desvia
KAI Commuter Akan Hapus Loket Stasiun KRL, Beralih ke Sistem Digital
Lifestyle | 31 Jan 2025 - 23:53 WIB
Lifestyle | 03 Feb 2025 - 20:11 WIB
Lifestyle | 03 Feb 2025 - 20:06 WIB
Lifestyle | 03 Feb 2025 - 20:03 WIB
Financial | 31 Jan 2025 - 23:56 WIB
Lifestyle | 31 Jan 2025 - 23:53 WIB
Financial | 02 Sep 2024 - 11:32 WIB
Internasional | 02 Sep 2024 - 11:55 WIB
Lifestyle | 04 Sep 2024 - 19:37 WIB
Entertainment | 04 Sep 2024 - 20:18 WIB