FOMO di Era Media Sosial: Arti, Dampak, dan Solusi Efektif untuk Mengatasinya
Lifestyle | 07 Oct 2024 - 17:41 WIB
2024-09-07 18:47:52
JelajahJawa (07/09)- Media sosial saat ini telah memainkan peran penting dan telah memasuki tiap inci kehidupan tidak hanya sebagai alat komunikasi dan bertukar informasi, tetapi juga sebagai platform digital untuk mengembangkan kreativitas para muda-mudi yang gemar menulis. Salah satunya platform X (Twitter). Dahulu, Twitter digunakan sebagai media komunikasi berbalas pesan, baik gambar maupun video, atau cuitan pada umumnya. Kini, Twitter menjadi wadah tulisan bagi para penulis, yakni Alternative Universe yang kian ramai dan digemari oleh para pembaca.
Apa Itu Alternative Universe?
Alternative Universe adalah genre novel yang memiliki situasi berbeda dengan yang dibangun dalam kehidupan atau realitas aslinya. Dalam konsep ini, penulis memungkinkan untuk menciptakan dunia dari karakter yang berbeda dari kenyataan termasuk mengubah latar belakang, sejarah budaya dan kehidupan (realitas) sebenarnya. Alternative Universe (AU) merupakan istilah yang kerap disebutkan bagi pengguna platform X (Twitter) yang ingin mencari hiburan melalui sebuah tulisan.
Kehadiran AU (Alternative Universe) pertama kali populer di ranah fanfiction ketika penulis mengubah situasi dan latar karakter favorit mereka menjadi skenario baru yang tak terikat oleh cerita asli. Biasanya AU dibuat oleh para penggemar dari seorang idola, tetapi yang membedakan dengan fanfiction, yakni AU tidak hanya menggunakan narasi saja tetapi juga menggunakan fake room chat atau media sosial. Awal mula booming genre ini berasal dari platform Twitter sebagai pendistribusian konten, tetapi sekarang ini pendistribusian AU telah berevolusi juga di media sosial lainnya, seperti platform media sosial TikTok. Meskipun begitu, tidak jarang beberapa AU pun sudah berevolusi dan diangkat dalam bentuk novel sehingga bagi pembaca dapat membelinya di toko buku daring dan luring.
Evolusi Alternative Universe, Dari Platform Digital hingga Film Serial
Jika dahulu pendistribusian AU melalui platform digital, kini Alternative Universe telah berkembang pesat dan menjadi bagian dari novel-novel terbitan yang memiliki daya tarik luas. Salah satu contoh suksesnya ialah ‘Dikta & Hukum’ karya Dhia’an Farah, yang mengangkat kisah cinta kompleks antara dua tokoh utamanya, yaitu Dikta seorang mahasiswa hukum yang tertarik dengan adik tingkatnya bernama Nadhira.
Karya Dhia’an Farah sangat booming pada masanya termasuk pada platform Twitter yang menjadi peran penting dalam pendistribusian konten tulisan tersebut. Karya tersebut berhasil booming dikalangan pembaca termasuk penggemar K-Pop karena penulis menggambarkan tokoh ‘Dikta’ dengan visualisasi salah satu boy group Korea Selatan sehingga cerita tersebut berhasil menarik minat para penggemar dan pembaca lainnya. Platform digital berperan penting dalam mengorbitkan cerita-cerita AU menjadi novel populer bahkan karya ‘Dikta & Hukum’ tersebut tidak hanya diterbitkan menjadi novel saja, tetapi juga menjadi series drama.
Kepopuleran AU telah berdampak besar pada industri penerbitan secara tak terduga. Banyak penerbit sekarang lebih suka menerbitkan cerita yang berani dan eksperimental. Oleh karena itu, beberapa penulis memulai karier awal mereka dengan menulis AU yang kemudian mendapatkan popularitas di kalangan pembaca muda hingga berhasil mendapatkan perhatian penerbit. Maka tidak heran jika AU telah menjadi pintu gerbang bagi para penulis baru untuk menghantarkan imajinasi mereka ke khalayak luas.
Alternative Universe, Inovasi Sastra atau Sekedar Tren?
Dengan popularitas AU yang melejit, tentu pro dan kontra akan selalu hadir salah satunya yaitu munculnya pertanyaan mendasar apakah AU adalah inovasi dalam sastra atau hanya tren?
Meski begitu, banyak yang berpendapat bahwa AU menawarkan cara baru dalam bercerita di mana batasan-batasan naratif konvensional dapat diterobos. Salah satu contohnya yakni alur cerita di dalam novel biasanya hanya bersifat naratif dan hanya tulisan namun dengan AU memungkinkan eksplorasi ide-ide yang lebih bebas, menciptakan dunia dengan segala sesuatunya bisa terjadi. Tidak hanya itu, AU pun memiliki gambaran visualisasi dari Idol sehingga para pembaca menyukai karya tersebut karena karya tersebut secara tidak langsung telah memvisualisasikan sang idola.
Namun, ada pula yang skeptis dan menganggap bahwa popularitas AU mungkin hanya tren sementara yang didorong oleh pasar. Mereka berargumen bahwa banyak novel Alternative Universe yang hanya mengandalkan gimmick dunia paralel tanpa menawarkan substansi cerita yang mendalam.
Pandangan ini mengundang perdebatan di kalangan kritikus sastra. Tentunya, AU telah membawa perspektif baru dalam bercerita yang berbeda dari pola-pola terdahulu yang terkesan tradisional.
Popularitas AU menunjukkan bahwa pembaca modern mencari lebih dari sekadar cerita biasa. Mereka ingin mengeksplorasi dunia baru yang menawarkan pengalaman yang tidak mungkin dalam kehidupan nyata. Meskipun ada yang berpendapat bahwa AU hanyalah tren, tidak dapat disangkal bahwa konsep ini telah membawa warna baru dalam dunia sastra. Apakah AU akan bertahan lama atau memudar sebagai fenomena sesaat? Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun, dengan kehadiran Alternative Universe telah membuka pintu bagi imajinasi yang tak terbatas dalam dunia sastra.
Baca juga : Laporan Iseng Masuk, Program Lapor Mas Wapres Perkuat Sistem Pengaduan
Baca juga : Usia Panjang Penduduk Sardinia, Apa Rahasianya?
Pewarta : Yasinka Amalia
FOMO di Era Media Sosial: Arti, Dampak, dan Solusi Efektif untuk Mengatasinya
Lifestyle | 07 Oct 2024 - 17:41 WIB
Entertainment | 21 Nov 2024 - 14:35 WIB
Entertainment | 21 Nov 2024 - 14:23 WIB
Entertainment | 21 Nov 2024 - 14:07 WIB
Hukum & Politik | 21 Nov 2024 - 13:45 WIB
Financial | 21 Nov 2024 - 13:40 WIB
Financial | 02 Sep 2024 - 11:32 WIB
Internasional | 02 Sep 2024 - 11:55 WIB
Lifestyle | 04 Sep 2024 - 19:37 WIB
Entertainment | 04 Sep 2024 - 20:18 WIB