Sejarah di Balik Kata OK, Ternyata Ini Kepanjangannya

2025-01-09 17:16:41

Sejarah di Balik Kata OK, Ternyata Ini Kepanjangannya
Sumber Gambar: detik.com

JelajahJawa (9/1/2025) — Di seluruh dunia, kata “OK” atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “Oke,” menjadi bagian penting dari komunikasi sehari-hari. Baik secara lisan maupun tulisan, kata ini sering digunakan untuk menyatakan persetujuan, penerimaan, atau memastikan bahwa sesuatu berjalan dengan baik. Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa “OK” sebenarnya memiliki asal-usul sebagai singkatan dengan sejarah panjang yang menarik.


Berbagai teori telah muncul tentang asal-usul kata ini. Beberapa orang meyakini bahwa “OK” berasal dari bahasa suku Indian, yaitu “Okeh,” yang berarti “ya” atau “benar”. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata tersebut merupakan singkatan dari merek biskuit Amerika Serikat bernama “Orrin Kendall”. Meski begitu, penelitian yang dilakukan oleh ahli bahasa Allen Walker Read pada dekade 1960-an memberikan penjelasan yang lebih terperinci dan dapat diterima secara luas.


Dalam studinya berjudul “The First Stage in the History of O.K” (1963), Read menemukan bahwa kata “OK” pertama kali muncul dalam tulisan surat kabar Boston Post pada 23 Maret 1839. Pada masa itu, tren penggunaan singkatan tengah populer di Amerika Serikat, dengan berbagai akronim seperti “RTBS” (Remains to Be Seen) dan “OMG” (Oh My God) sering digunakan. Dalam konteks ini, Charles Gordon Greene, seorang redaktur di Boston Post, menciptakan singkatan “OK,” yang merupakan kependekan dari “oll korrect,” pengubahan ejaan humoris dari frasa “all correct” (semua benar).


Penggunaan kata “OK” dalam surat kabar tersebut menjadi awal dari popularitasnya. Sederhana, mudah diingat, dan relevan, “OK” dengan cepat menyebar ke berbagai kalangan. Kata ini juga mulai diadopsi oleh masyarakat luas untuk menunjukkan konfirmasi atau persetujuan, tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di seluruh dunia.


Sifat serbaguna dari kata ini membuatnya mudah diterima di berbagai bahasa. Meski begitu, “OK” memiliki kekurangan karena sifatnya yang terlalu singkat, sehingga sering kali kurang mampu menyampaikan emosi secara mendalam. Dalam komunikasi tertulis, “OK” bisa bermakna positif maupun negatif, tergantung konteksnya.


Di Indonesia, kata “OK” diadaptasi menjadi “Oke” dan telah menjadi bagian dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam KBBI, “Oke” didefinisikan sebagai “kata untuk menyatakan setuju.” Sama seperti dalam bahasa Inggris, “Oke” digunakan untuk mengungkapkan persetujuan, penerimaan, atau memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam percakapan.


Berita Lainnya

Document