
Solusi Nyeri: Kompres Mana yang Efektif?
Lifestyle | 03 Dec 2024 - 19:09 WIB
2025-03-07 10:54:16
Jelajah Jawa - Gunung Rinjani, yang dikenal sebagai salah satu destinasi wisata alam terindah di Indonesia, ternyata menyimpan kekayaan hayati yang bernilai ekonomi tinggi. Salah satu flora langka yang ditemukan di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani adalah jamur morel (Morchella spp.), yang disebut sebagai jamur termahal kedua di dunia setelah truffle. Temuan ini tidak hanya menarik perhatian ilmuwan, tetapi juga membuka peluang besar bagi pengembangan budi daya di Indonesia.
Jamur morel pertama kali ditemukan di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani pada tahun 2009 oleh Teguh Rianto, Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah I Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR). Penemuan ini terjadi secara tidak sengaja saat melakukan patroli di dalam kawasan taman nasional. Sejak saat itu, penelitian lebih lanjut mulai dilakukan untuk mengidentifikasi dan memahami karakteristik jamur langka ini.
Pada tahun 2017, penelitian mendalam dilakukan oleh Tim Riset Morel Rinjani dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (P3H) Bogor, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Tim ini terdiri dari enam peneliti yang melakukan eksplorasi lapangan dan analisis laboratorium guna mengisolasi spora jamur dan mendapatkan informasi genetiknya. Sampel DNA dari jamur morel dikirim ke "First Base Sequencing Service" di Singapura untuk analisis lebih lanjut.
Dari hasil penelitian, jamur morel yang ditemukan di Gunung Rinjani diberi nama Morchella rassipes. Penemuan ini semakin mengukuhkan potensi Indonesia sebagai habitat alami jamur morel, yang sebelumnya lebih banyak ditemukan di wilayah beriklim empat musim seperti Eropa dan Amerika Utara.
Jamur morel memiliki harga yang sangat tinggi di pasar global, terutama dalam bentuk kering. Di beberapa lokapasar internasional, harga jamur morel kering bisa mencapai Rp4 juta per kilogram. Selain karena kelangkaannya, nilai jual tinggi ini juga didorong oleh manfaat kesehatan yang dikandungnya.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Pakistan Journal of Food Sciences mengungkapkan bahwa jamur morel memiliki berbagai khasiat kesehatan, di antaranya:
Antimikroba: Mampu melawan bakteri dan jamur penyebab penyakit.
Antiinflamasi: Mengurangi peradangan dalam tubuh.
Antioksidan: Menangkal radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh.
Imunostimulan: Meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Antitumor: Berpotensi membantu melawan pertumbuhan sel kanker.
Dengan berbagai manfaat tersebut, tidak heran jika jamur morel menjadi komoditas bernilai tinggi yang banyak dicari di industri farmasi dan kuliner.
Selain di Rinjani, keberadaan jamur morel juga dilaporkan ditemukan di beberapa daerah lain di Indonesia. Pada November 2020, Husni Alfian menemukan jamur liar yang diduga morel di Desa Cisarua, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian lebih lanjut juga menemukan keberadaan jamur morel di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, serta di Gunung Klabat, Sulawesi Utara.
Menurut Ivan Permana Putra, Ph.D., seorang dosen di Institut Pertanian Bogor (IPB), masih banyak hal yang perlu digali mengenai spesies jamur morel di Indonesia. Perbedaan habitat bisa saja menyebabkan variasi spesies yang belum sepenuhnya teridentifikasi.
Jamur morel telah berhasil dibudidayakan secara komersial di beberapa negara, seperti Tiongkok dan Eropa. Namun, proses budi daya jamur ini tergolong sulit karena memerlukan kondisi lingkungan yang spesifik, termasuk suhu, kelembapan, serta jenis media tanam yang tepat.
Di Indonesia, upaya penelitian untuk membudidayakan jamur morel masih terus berjalan. Peneliti Adhityo Wicaksono dan tim dari Jurnal Mikologi Indonesia telah berhasil menumbuhkan morel pada media kultur murni berbasis PDA dan media bibit induk. Namun, tantangan masih dihadapi dalam upaya menumbuhkan morel pada media kompos, yang merupakan salah satu langkah penting dalam skala komersial.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga turut serta dalam penelitian ini. Kepala Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN, Asep Hidayat, Ph.D., menyatakan bahwa penelitian lebih lanjut akan dilakukan di laboratorium dan di luar ruangan. BRIN telah menyediakan mushroom grow chamber, perangkat khusus yang memungkinkan penelitian budi daya jamur morel dalam lingkungan yang terkendali.
Di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, penelitian lapangan terus dilakukan untuk memahami faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan jamur morel secara alami. Jika penelitian ini berhasil, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi salah satu produsen jamur morel di masa depan, yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Jamur morel Rinjani merupakan salah satu keajaiban alam Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan manfaat kesehatan yang luar biasa. Meski masih menghadapi berbagai tantangan dalam proses budi daya, penelitian yang dilakukan oleh berbagai pihak memberikan harapan bahwa jamur ini suatu hari nanti bisa dikembangkan secara luas dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Dengan potensi yang begitu besar, langkah selanjutnya adalah mengembangkan teknologi budi daya yang lebih efektif, sehingga jamur morel tidak hanya menjadi hasil hutan yang langka, tetapi juga komoditas yang dapat dihasilkan secara berkelanjutan di Indonesia. Dengan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat, bukan tidak mungkin jamur morel Indonesia akan menjadi primadona di pasar global.
Baca juga : Lebaran Teradi Pada Tanggal Berapa? Simak Prediksi BRIN dan BMKG
Baca juga : Banjir dan Longsor Landa Sulawesi Selatan, Korban Jiwa dan Infrastruktur Rusak
Pewarta : Eve
Solusi Nyeri: Kompres Mana yang Efektif?
Lifestyle | 03 Dec 2024 - 19:09 WIB
Edu/Tech | 17 Apr 2025 - 12:09 WIB
Internasional | 17 Apr 2025 - 09:25 WIB
Edu/Tech | 16 Apr 2025 - 11:35 WIB
Lifestyle | 16 Apr 2025 - 11:14 WIB
Entertainment | 16 Apr 2025 - 10:44 WIB
Internasional | 02 Sep 2024 - 11:55 WIB
Lifestyle | 04 Sep 2024 - 19:37 WIB
Entertainment | 04 Sep 2024 - 20:18 WIB
Entertainment | 05 Sep 2024 - 18:43 WIB