Cerita Pembuat Patung Biawak Wonosobo, Dibuat 1,5 Bulan dengan Rp 50 Juta

2025-04-23 13:49:37

Cerita Pembuat Patung Biawak Wonosobo, Dibuat 1,5 Bulan dengan Rp 50 Juta
Sumber Gambar: Kompas

Patung biawak raksasa yang terletak di kawasan Kalianget, Wonosobo, Jawa Tengah, belakangan menjadi sorotan warganet. Bukan hanya karena ukurannya yang mencolok dan posenya yang unik, tetapi juga karena kehadirannya yang mendadak viral di media sosial. Namun di balik meme dan komentar lucu yang berseliweran, ada cerita menarik dari sang seniman yang membuat patung itu, lengkap dengan perjuangan dan proses kreatif yang tak main-main.


Adalah Supriyadi, seniman asal Wonosobo, yang menjadi otak dan tangan di balik patung yang kini ramai diperbincangkan. Kepada media lokal, Supriyadi bercerita bahwa proses pembuatan patung biawak ini memakan waktu sekitar satu setengah bulan, dengan total anggaran mencapai Rp 50 juta. Proyek ini bukan sekadar proyek iseng atau spontan, melainkan merupakan bagian dari penataan ulang kawasan wisata Kalianget yang dilakukan oleh pemerintah setempat.


“Patung ini dipesan langsung oleh Dinas Lingkungan Hidup untuk mempercantik kawasan taman. Konsepnya hewan endemik yang menggambarkan alam liar. Kita pilih biawak karena habitatnya masih bisa ditemukan di daerah Wonosobo,” ujar Supriyadi.


Proses yang Panjang dan Penuh Tantangan


Pembuatan patung ini dimulai dengan diskusi panjang antara tim seniman dengan pihak dinas. Setelah konsep disetujui, Supriyadi dan timnya mulai merancang bentuk patung dari sketsa awal. Kemudian proses konstruksi dimulai dari kerangka besi yang dibentuk menyerupai tubuh biawak, lalu dilapisi dengan semen, cat, dan bahan tambahan lain.


“Awalnya sempat ragu juga karena bentuk biawak itu kan harus proporsional dan tidak bisa asal. Apalagi ini ditaruh di ruang publik, jadi kita harus detail, dari kulit sampai posisi lidah,” kata Supriyadi sambil tersenyum.


Tantangan terbesar, menurut Supriyadi, adalah membuat patung yang tahan terhadap cuaca. Karena ditempatkan di luar ruangan, struktur patung harus kokoh dan tahan lama. Maka dari itu, ia menggunakan campuran semen khusus dan pelapis anti air untuk memastikan patung tak cepat rusak.


Viral Tak Terduga


Setelah patung selesai dan dipasang di taman Kalianget, publik mulai memperhatikan kehadirannya. Namun bukan hanya karena keindahan atau detail artistiknya, tapi karena gaya patung yang tampak “menyapa” dengan lidah menjulur ke luar, mengundang tawa dan kreativitas netizen.


Beragam meme pun bermunculan. Ada yang menyamakannya dengan karakter di film fiksi, ada pula yang membubuhkan caption lucu seperti “ketika kamu lihat mantan sama pacar barunya”. Supriyadi sendiri tak menyangka patung buatannya akan menjadi viral seperti ini.


“Saya kaget juga. Tiba-tiba banyak yang kirim link, bilang patung saya jadi bahan meme. Tapi saya malah senang. Artinya karya saya dilihat orang, walaupun dengan cara yang lucu-lucuan,” ujarnya sambil tertawa.


Respons Pemerintah dan Masyarakat


Pemerintah Kabupaten Wonosobo juga memberikan respons positif atas kehebohan ini. Kepala Dinas Lingkungan Hidup menyebut bahwa tujuan utama dari pembangunan patung ini adalah untuk memperindah taman dan memberikan edukasi tentang fauna lokal.


“Kami ingin masyarakat, terutama anak-anak, bisa mengenal hewan-hewan lokal secara visual. Dan ternyata patung ini mendapat sambutan luas, bahkan viral di luar Wonosobo. Ini promosi gratis untuk wisata kita,” kata salah satu pejabat dinas.


Warga sekitar juga mulai merasakan dampaknya. Banyak pengunjung datang hanya untuk melihat dan berfoto dengan patung biawak tersebut. Beberapa pedagang kaki lima bahkan mengaku omset mereka meningkat sejak kehadiran si "biawak viral".


“Sekarang tiap sore banyak yang foto-foto. Saya jadi bisa jualan lebih banyak,” kata Lilis, pedagang makanan ringan di sekitar taman.


Karya Seni yang Menghidupkan Kota


Apa yang dilakukan Supriyadi adalah contoh nyata bagaimana seni bisa memberi warna baru pada ruang publik. Meski awalnya dibuat untuk tujuan estetika dan edukasi, tak disangka karyanya menembus batas dan menjadi fenomena di dunia maya. Dari sebuah patung, muncul gelombang apresiasi, hiburan, bahkan dampak ekonomi kecil yang berarti bagi warga sekitar.


Supriyadi sendiri tak ingin berhenti di sini. Ia berharap ke depan bisa membuat lebih banyak karya seni publik yang tak hanya indah, tapi juga memiliki cerita dan daya tarik yang kuat.


“Semoga dengan ini, banyak orang sadar kalau patung atau karya seni di ruang publik itu penting. Bisa jadi identitas, jadi penanda kota, bahkan jadi kenangan,” tutupnya.


Berita Lainnya

Document