Apa itu Child Grooming, Bagaimana Bentuk, Dampak, dan Pencegahannya?

2024-11-16 11:00:42

Apa itu Child Grooming, Bagaimana Bentuk, Dampak, dan Pencegahannya?
Sumber Gambar: Pexels

JelajahJawa.id (16/11) - Sebuah unggahan di media sosial menampilkan video aktor Indonesia Aliando Syarief yang menggandeng seorang perempuan. Perempuan tersebut lantas diperkenalkan oleh Aliando sebagai kekasihnya. Perempuan tersebut merupakan adik dari aktris Sandrinna Michelle yang baru berusia 15 tahun.

Video tersebut langsung ramai diperbincangkan oleh netizen. Beberapa dari netizen berkomentar negatif, pasalnya terdapat jarak 13 tahun antara Aliando dan kekasih barunya.

Di lain sisi, netizen juga menyebut Aliando melakukan child grooming. Lalu, apakah child grooming itu?

Child grooming adalah suatu proses manipulasi yang dilakukan oleh orang dewasa untuk membangun hubungan saling percaya dengan anak, dengan tujuan akhirnya melakukan pelecehan seksual. 

Baca juga: Wapres Gibran Kunjungi Pengungsi Erupsi Gunung Lewotobi di NTT, Sampaikan Komitmen Penuh pada Pemulihan Warga Terdampak

Proses ini dapat berlangsung dalam waktu yang lama, bahkan bertahun-tahun, dan melibatkan taktik yang halus untuk mempengaruhi baik anak maupun orang tua korban. 

Child grooming tidak hanya terjadi dalam lingkungan keluarga, namun juga bisa melibatkan individu dari berbagai latar belakang, seperti guru, pelatih olahraga, atau bahkan orang tak dikenal yang menggunakan media online untuk mendekati anak-anak.

Bentuk-Bentuk Child Grooming

Child grooming dapat dilakukan dengan berbagai cara yang bertujuan untuk memperoleh kepercayaan dan membangun hubungan dengan anak, sehingga pelaku dapat menghindari pengungkapan dan melanjutkan perilaku seksual yang merugikan. Beberapa bentuk grooming yang umum dilakukan oleh pelaku antara lain:

  1. Membangung kepercayaan anak

Pelaku berusaha mendekati anak dengan memberikan perhatian khusus, hadiah, dan waktu bersama. Ini bisa termasuk melakukan kontak fisik non-seksual untuk membentuk ikatan emosional dengan anak.

  1. Favoritisme

Pelaku memperlakukan anak secara khusus dan berbeda, menjadikannya merasa istimewa dan lebih dihargai dibandingkan orang lain, menciptakan rasa kedekatan yang palsu.

  1. Memperoleh kepercayaan orang tua

Tidak hanya anak, pelaku juga berusaha membangun citra diri yang baik di depan orang tua korban. 

Ia berusaha tampil sebagai teman yang peduli, kerabat yang dipercaya, atau mentor yang dapat diandalkan, sehingga orang tua membiarkan pelaku berada di sekitar anak tanpa kecurigaan.

  1. Melanggar batas

Pelaku akan mencoba menyentuh anak secara tidak sengaja atau menciptakan situasi yang tampaknya tidak berbahaya, kemudian mengamati reaksi anak. Jika anak tidak keberatan atau merasa nyaman, pelaku bisa melanjutkan tindakan seksual lebih lanjut

  1. Isolasi

Pelaku berusaha mengisolasi anak, baik dari orang tua maupun pengawasan orang lain, untuk menjaga kerahasiaan dan menghindari terbongkarnya tindakan mereka.

  1. Intimidasi dan kerahasiaan

Untuk memperkuat kontrol, pelaku bisa mengintimidasi anak dengan menggunakan ancaman atau paksaan agar anak tidak menceritakan kejadian tersebut kepada siapapun.

  1. Membentuk persepsi anak

Pelaku berusaha menanamkan bahwa pelecehan tersebut adalah bentuk kasih sayang atau cinta. Akibatnya, anak mungkin merasa bingung dan menyalahkan dirinya sendiri karena tidak mengerti bahwa itu adalah pelecehan.

Baca Juga: Lonjakan Global Penderita Diabetes, Indonesia Masuk Daftar Negara Tertinggi

Dampak Child Grooming

Pelecehan seksual melalui grooming bisa memberikan dampak jangka panjang yang serius pada perkembangan anak. 

Anak yang menjadi korban grooming sering kali mengalami gangguan psikologis, seperti kecemasan, depresi, atau bahkan trauma yang berlangsung hingga dewasa. 

Dampak jangka pendek dapat berupa gangguan tidur, kesulitan berkonsentrasi di sekolah, atau perubahan perilaku seperti menarik diri dan marah.

Secara psikologis, anak-anak korban grooming akan merasa bingung karena pelaku menunjukkan kasih sayang yang berbeda dari orang dewasa lainnya, dan memungkinkan mereka melakukan hal-hal yang tidak biasa. 

Ini membuat anak sulit membedakan antara perhatian yang tulus dan manipulasi yang berbahaya. Dampak lebih jauh dapat berupa penurunan harga diri dan rasa malu yang mendalam.

Maka, untuk melindungi anak dari bahaya grooming, pendidikan mengenai batasan yang sehat dalam hubungan dengan orang dewasa sangat penting. 

Orang tua perlu mengajarkan anak untuk memahami bahwa tidak ada alasan bagi seorang dewasa untuk melibatkan mereka dalam percakapan atau interaksi yang bersifat pribadi dan seksual.

Selain itu, orang tua harus memperhatikan dan memantau aktivitas anak, baik dalam kehidupan nyata maupun di dunia maya. 

Mengingat maraknya penggunaan internet, pelaku grooming dapat dengan mudah mendekati anak melalui media sosial atau aplikasi pesan. 

Sangat penting untuk mengedukasi anak tentang bahaya berinteraksi dengan orang asing secara online.

Pencegahan lainnya adalah menciptakan lingkungan rumah yang terbuka, di mana anak merasa nyaman untuk berbicara tentang perasaannya dan memberitahu orang tua jika ada sesuatu yang salah. Ini membantu anak untuk merasa lebih aman dan terlindungi.

Berita Lainnya

Document