TNI Tegas Berantas Judi Online, 4.000 Prajurit yang Terlibat Dikenakan Sanksi Sepanjang 2024
Hukum & Politik | 14 Nov 2024 - 13:41 WIB
2024-11-18 12:58:35
JelajahJawa.id (18/11) - Jakarta kembali mencatatkan kualitas udara terburuk di Indonesia pada 3 Juli 2024. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi PM2,5 di Jakarta mencapai 134 mikrogram per meter kubik, atau 26,8 kali lebih tinggi dari nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.
Kondisi ini menempatkan Jakarta di peringkat pertama kota dengan kualitas udara terburuk, diikuti Tangerang Selatan dan Medan.
Paparan polusi udara, khususnya PM2,5, memiliki dampak serius bagi kesehatan masyarakat. Spesialis paru Astri Indah Prameswari mengungkapkan bahwa polusi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, seperti serangan jantung dan stroke, serta kanker paru-paru.
"Bahkan partikel-partikel kecil dalam udara yang tercemar dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru," ucapnya.
Baca juga: Fatherless: Tantangan dan Dampak Anak Tanpa Kehadiran Ayah
Selain itu, polusi udara juga memperparah penyakit pernapasan kronis seperti asma, bronkitis, dan PPOK, serta memicu infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang dapat berujung pada komplikasi serius seperti pneumonia dan gangguan pembuluh darah.
Dampak polusi udara terhadap penyakit kardiovaskular semakin ditekankan oleh dr. Ade Meidian Ambari, spesialis jantung dari RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.
Menurutnya, paparan PM2,5 secara jangka panjang mendorong perkembangan hipertensi dan aterosklerosis, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, gagal jantung, dan aritmia.
"Ada faktor risiko yang kita suka nggak inget. Polusi. PM 2,5 itu kalau terpapar, risiko untuk serangan jantung lebih tinggi," kata dr Ade di agenda International Cardiovascular Summit (IICS) 2024, Jakarta Selatan, Minggu (17/11/2024).
Baca juga: Sri Mulyani Naikkan Tarif PPN 12% Sesuai Mandat UU
Penelitian dari Harvard University bahkan menunjukkan bahwa paparan rata-rata tiga tahun terhadap PM2,5 dapat memicu rawat inap pertama untuk berbagai penyakit kardiovaskular.
Langkah Preventif untuk Masyarakat
Untuk melindungi diri dari dampak buruk polusi udara, para ahli menganjurkan penggunaan masker saat bepergian, terutama di wilayah dengan tingkat polusi tinggi.
Selain itu, kebiasaan hidup bersih seperti mencuci tangan, membawa hand sanitizer, dan membersihkan rumah secara rutin juga penting dilakukan untuk meminimalkan paparan debu dan bakteri.
Menghindari faktor risiko kesehatan lain, seperti merokok, tekanan darah tinggi, dan diabetes, juga menjadi kunci untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Krisis kualitas udara di Jakarta dan kota-kota besar lainnya menjadi pengingat akan pentingnya langkah kolektif untuk mengurangi emisi polutan, demi menjaga kesehatan masyarakat di masa depan.
Baca juga : Penyaluran Bantuan Sosial Dihentikan Sementara Menjelang Pilkada Serentak 2024
Baca juga : Pemerintah Siap Produksi 10.000 Unit Mobil Maung Pindad, 5.000 Unit Dalam 100 Hari Pertama
Pewarta : Ami Fatimatuz Zahro'
TNI Tegas Berantas Judi Online, 4.000 Prajurit yang Terlibat Dikenakan Sanksi Sepanjang 2024
Hukum & Politik | 14 Nov 2024 - 13:41 WIB
Entertainment | 22 Nov 2024 - 16:12 WIB
Entertainment | 22 Nov 2024 - 16:03 WIB
Entertainment | 22 Nov 2024 - 15:57 WIB
Entertainment | 21 Nov 2024 - 14:35 WIB
Entertainment | 21 Nov 2024 - 14:23 WIB
Financial | 02 Sep 2024 - 11:32 WIB
Internasional | 02 Sep 2024 - 11:55 WIB
Lifestyle | 04 Sep 2024 - 19:37 WIB
Entertainment | 04 Sep 2024 - 20:18 WIB