5 Kalimat yang Sebaiknya Tidak Diucapkan kepada Anak

2024-12-31 21:51:28

5 Kalimat yang Sebaiknya Tidak Diucapkan kepada Anak
Sumber Gambar: kompas.com

JelajahJawa (31/12) — Sebagai orang tua, apa yang Anda katakan kepada anak-anak tidak hanya memengaruhi hubungan Anda dengan mereka, tetapi juga membentuk cara pandang mereka terhadap diri sendiri dan dunia di sekitar mereka. Kalimat-kalimat yang diucapkan, meskipun terkesan sepele, bisa berdampak besar pada tumbuh kembang anak, terutama pada aspek kepercayaan diri dan kesehatan mental mereka.


Menurut Amy Morin dalam bukunya 13 Things Mentally Strong Parents Don’t Do, penting bagi orang tua untuk memperhatikan kata-kata yang digunakan saat berbicara dengan anak. Kalimat tertentu dapat membangun atau justru merusak mental anak. Beberapa frasa yang mungkin terdengar biasa ternyata berpotensi membuat anak merasa tidak berdaya, tumbuh dengan mentalitas korban, atau kehilangan motivasi untuk berkembang.


Berikut adalah lima kalimat yang sebaiknya tidak diucapkan kepada anak, beserta alasannya.


1. “Kami tidak akan pernah mampu membelinya.”


Kalimat ini sering muncul ketika anak menginginkan sesuatu yang sulit dijangkau secara finansial, seperti mainan mahal atau liburan mewah. Namun, mengatakan hal ini secara langsung dapat membuat anak merasa bahwa keterbatasan finansial adalah sesuatu yang permanen dan tidak dapat diubah.


Sebagai gantinya, sampaikan dengan cara yang lebih positif, seperti:

“Saat ini, kita tidak memiliki cukup uang untuk itu. Tapi, jika kita menabung atau mencari cara untuk mengelolanya, kita mungkin bisa mencapainya di masa depan.”


Dengan demikian, anak belajar bahwa keuangan adalah soal prioritas dan usaha. Mereka akan memahami pentingnya menabung dan merencanakan keuangan dengan bijak untuk mencapai tujuan.


2. “Kamu membuatku sangat marah.”


Mengungkapkan emosi adalah hal yang wajar, tetapi menyalahkan anak atas kemarahan Anda dapat merusak hubungan emosional antara orang tua dan anak. Kalimat ini cenderung membuat anak merasa bersalah atas perasaan orang lain, yang pada akhirnya bisa berdampak buruk pada kepercayaan diri mereka.


Alih-alih menyalahkan anak, cobalah untuk mengungkapkan perasaan Anda secara spesifik. Misalnya:

“Aku merasa sedih ketika kamu tidak mendengarkan, karena aku ingin kita saling memahami.”


Dengan cara ini, anak diajarkan untuk memahami dampak tindakan mereka tanpa merasa disalahkan sepenuhnya. Ini juga membantu mereka mengembangkan empati terhadap perasaan orang lain.


3. “Saya benci pekerjaan saya.”


Keluhan tentang pekerjaan, terutama di depan anak, dapat memberikan pesan negatif tentang dunia kerja. Anak-anak mungkin tumbuh dengan keyakinan bahwa bekerja adalah beban dan sesuatu yang tidak menyenangkan.


Sikap ini bisa memengaruhi cara mereka memandang masa depan mereka sendiri. Untuk memberikan contoh yang lebih baik, Anda bisa mengatakan:

“Hari ini aku merasa lelah setelah bekerja, tetapi aku bangga karena pekerjaanku membantu kita memenuhi kebutuhan keluarga.”


Dengan pendekatan ini, anak memahami bahwa pekerjaan adalah bagian penting dari kehidupan yang dapat memberikan kepuasan jika dilakukan dengan tujuan yang jelas.


4. “Saya harus pergi ke toko.”


Menggunakan frasa seperti “harus” memberikan kesan bahwa Anda tidak memiliki kendali atas hidup Anda. Padahal, sebagai orang tua, Anda adalah teladan bagi anak-anak tentang bagaimana mengelola waktu dan membuat pilihan.


Cobalah mengganti kalimat tersebut dengan sesuatu yang lebih positif, seperti:

“Aku ingin pergi ke toko hari ini untuk memastikan kita punya makanan yang cukup untuk minggu ini.”


Dengan demikian, anak belajar bahwa hidup adalah tentang membuat pilihan berdasarkan prioritas, bukan sekadar kewajiban yang terpaksa dilakukan.


5. “Semuanya akan baik-baik saja.”


Ketika anak menghadapi kekecewaan, seperti gagal dalam ujian atau tidak terpilih dalam tim olahraga, kalimat ini mungkin terkesan menenangkan. Namun, kenyataannya, frasa ini dapat memberikan harapan palsu dan tidak membantu anak memahami bahwa kegagalan adalah bagian dari kehidupan.


Sebagai gantinya, akui perasaan mereka terlebih dahulu, lalu dorong mereka untuk menghadapi tantangan. Misalnya:

“Aku tahu ini mengecewakan, tapi kamu sudah berusaha dengan sangat baik. Apa yang bisa kita lakukan agar kamu lebih siap di lain waktu?”


Dengan cara ini, anak belajar bahwa mereka cukup kuat untuk menghadapi kesulitan dan bahwa setiap rintangan adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang.


Mengapa Penting untuk Memilih Kata yang Tepat?


Kalimat yang sering diucapkan oleh orang tua memiliki dampak besar pada perkembangan mental anak. Kata-kata tersebut membentuk cara anak berpikir, baik tentang diri mereka sendiri maupun dunia di sekitar mereka.


Sebagai orang tua, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana anak merasa dihargai dan diberdayakan. Dengan memilih kata-kata yang tepat, Anda membantu anak tumbuh dengan rasa percaya diri, empati, dan kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup.




Baca juga : Luar Biasa, Ternyata Clean Eating Bisa Bikin Sehat

Baca juga : Cerai dengan Edward Akbar, Kimberly Ryder Dapatkan Hak Asuh Anak

Pewarta : Faja Faradila

Bagikan Artikel Ini

Bagaimana Menurutmu?

0
0
0
0
0
0
0

Berita Lainnya

Document