4 Calon Kuat Penerus Paus Fransiskus, dari Filipina hingga Afrika

2025-04-22 11:41:09

4 Calon Kuat Penerus Paus Fransiskus, dari Filipina hingga Afrika
Sumber Gambar: tribun

Jelajah Jawa – Pada Selasa, 22 April 2025 – Kepergian Paus Fransiskus pada Senin (21/4) meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik di seluruh dunia. Sosok yang dikenal sederhana, penuh cinta kasih, dan progresif dalam membangun Gereja ini telah menutup babak panjang pengabdiannya. Kini, dunia menanti: siapakah yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan Vatikan?

Seiring dimulainya masa sede vacante—periode ketika takhta kepausan kosong—perhatian publik mulai tertuju pada para kardinal yang digadang-gadang menjadi calon kuat paus berikutnya. Beberapa di antaranya datang dari belahan dunia yang mungkin tak pernah terbayangkan sebelumnya, bahkan dari kawasan Asia Tenggara, tak jauh dari Indonesia.

Berikut adalah empat sosok kardinal yang dinilai paling berpotensi menjadi pemimpin baru Gereja Katolik:

1. Luis Antonio Tagle – Sang “Fransiskus dari Asia”

Berasal dari Filipina, Luis Antonio Tagle menjadi nama yang paling sering disebut-sebut sebagai penerus ideal Paus Fransiskus. Banyak yang menyebutnya sebagai “Fransiskus dari Asia”—bukan tanpa alasan. Sosoknya hangat, rendah hati, dan punya visi reformasi gereja yang sejalan dengan pendahulunya.

Kardinal Tagle, yang kini berusia 67 tahun, telah lama menunjukkan kesederhanaan dalam hidupnya. Selama dua dekade, ia tinggal di seminari tanpa fasilitas mewah, bahkan tanpa AC atau televisi. Ketika diangkat menjadi uskup pun, ia menolak menggunakan mobil dinas dan lebih memilih transportasi umum seperti bus atau jeepney.

Dalam struktur Vatikan, Tagle dipercaya memimpin Dikasteri untuk Evangelisasi—sebuah posisi penting yang menunjukkan kepercayaan tinggi dari Paus Fransiskus. Namun, justru karena usianya yang relatif muda, beberapa pihak menilai peluangnya bisa terhambat. Kardinal yang terlalu muda dikhawatirkan akan menjabat terlalu lama, menyulitkan peluang bagi kardinal lainnya di masa depan.

2. Peter Turkson – Harapan dari Benua Hitam

Dari Afrika Barat, nama Peter Turkson dari Ghana muncul sebagai sosok yang kuat. Jika terpilih, Turkson akan mencatat sejarah sebagai paus kulit hitam pertama dalam sejarah Gereja Katolik.

Kardinal Turkson dikenal luas sebagai penasihat utama Paus Fransiskus, khususnya dalam isu-isu global seperti perubahan iklim, keadilan sosial, dan perdamaian. Ia pernah menjabat sebagai kepala Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, dan aktif di berbagai forum dunia, termasuk Forum Ekonomi Davos.

Meski sempat mengundurkan diri dari salah satu jabatan di Vatikan pada 2021, ia kini memimpin dua akademi penting dalam bidang ilmu pengetahuan dan sosial. Dalam wawancaranya dengan BBC pada 2023, ia sempat menyampaikan bahwa dirinya tidak berharap dipilih menjadi paus. Namun, banyak yang melihat pernyataan tersebut sebagai bagian dari strategi "diam-diam kampanye" karena belakangan ia justru semakin sering tampil di publik.

3. Peter Erdo – Opsi Konservatif dari Hungaria

Beralih ke Eropa Timur, Kardinal Peter Erdo dari Hungaria menjadi pilihan utama bagi kalangan konservatif dalam Gereja. Uskup Agung Esztergom-Budapest ini dikenal sebagai pakar hukum kanon dan dihormati karena pemahamannya yang mendalam soal hukum gereja.

Di tengah keinginan sebagian umat agar Gereja "kembali ke jalurnya" setelah era reformasi Fransiskus, Erdo dianggap sebagai sosok yang stabil dan dapat dipercaya. Meskipun pemikirannya cenderung konservatif, Erdo dikenal pragmatis dan tidak pernah secara terbuka berseberangan dengan Paus Fransiskus.

Namun, sikapnya terhadap isu migran sempat menimbulkan kontroversi, terutama saat ia mengkritik seruan Paus untuk menerima pengungsi pada krisis migran tahun 2015. Pernyataannya saat itu dianggap sejalan dengan kebijakan nasionalis Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban.

4. Pietro Parolin – Diplomat Ulung dari Italia

Sebagai Sekretaris Negara Vatikan, Pietro Parolin adalah sosok yang sangat berpengaruh di balik layar. Ia adalah tokoh utama dalam diplomasi Vatikan, termasuk dalam konflik besar seperti perang Rusia-Ukraina. Banyak yang menilai Parolin sebagai otak dari kebijakan luar negeri Paus Fransiskus.

Reputasinya sebagai diplomat yang cakap memang diakui banyak pihak. Namun, bayang-bayang skandal properti di London yang menyeret Vatikan ke kerugian finansial besar menjadi noda dalam rekam jejaknya. Skandal ini, meski belum sepenuhnya membuktikan keterlibatan langsungnya, tetap menjadi batu sandungan dalam peluangnya menuju takhta suci.

Kandidat Lain yang Tak Kalah Menarik

Selain empat nama utama di atas, masih ada beberapa kandidat potensial lainnya. Dari Portugal, Kardinal Jose Tolentino Calaca de Mendonca dikenal sebagai pemikir progresif dalam bidang budaya dan pendidikan. Dari Italia, Kardinal Matteo Zuppi, Uskup Agung Bologna, juga dinilai sangat dekat dengan visi Paus Fransiskus.

Sementara itu, dari Malta, Kardinal Mario Grech dianggap sebagai figur kompromi. Ia dikenal dekat dengan Paus, namun punya pendekatan yang lebih konservatif.

Tak ketinggalan, Kardinal Robert Sarah dari Guinea juga masuk radar. Ia dikenal lantang mengkritik ideologi gender dan isu-isu radikalisme, menjadikannya pilihan kuat dari kalangan tradisionalis.

Masa Depan Gereja yang Sedang Ditentukan

Pemilihan Paus bukan sekadar menentukan pemimpin baru bagi umat Katolik dunia. Ini adalah momen bersejarah yang akan menentukan arah Gereja di tengah dunia yang terus berubah. Apakah gereja akan melanjutkan semangat reformasi seperti di era Paus Fransiskus? Atau akan kembali ke akar konservatifnya?

Yang pasti, siapa pun yang terpilih nanti, ia akan memikul beban besar dan harapan tinggi dari lebih dari satu miliar umat Katolik di seluruh dunia.


Baca juga : 5 Makanan yang Memberikan Energi Cepat Saat Jalani Aktivitas Padat

Baca juga : 4 Calon Kuat Penerus Paus Fransiskus, dari Filipina hingga Afrika

Pewarta : Muhammad Aditya Suryo

Bagikan Artikel Ini

Bagaimana Menurutmu?

0
0
0
0
0
0
0

Berita Lainnya

Document