Waisak 2569 BE di Candi Borobudur: Simfoni Doa, Damai, dan Lampion yang Menyala di Langit Jawa

2025-05-13 09:18:55

Waisak 2569 BE di Candi Borobudur: Simfoni Doa, Damai, dan Lampion yang Menyala di Langit Jawa
Sumber Gambar: Sumber gambar: https://id.pinterest.com/

Candi Borobudur kembali menjadi saksi bisu dari perjalanan spiritual ribuan umat Buddha pada perayaan Tri Suci Waisak 2569 BE/2025. Pada malam yang sunyi, tepat pukul 23.55.29 WIB, dentang gong menggema menandai detik-detik Waisak yang sakral. Suara gong itu bukan sekadar tradisi, tapi juga penanda hadirnya momen suci: kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Buddha Gautama.

Di altar yang disiapkan di pelataran Candi Borobudur, suasana begitu hening dan khusyuk. Biksu dan umat melantunkan doa dan parita suci dengan khidmat, bergantian dari berbagai majelis, mengalirkan vibrasi damai dari Magelang ke seluruh penjuru Nusantara.

Waisak kali ini mengusung tema “Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan Mewujudkan Perdamaian Dunia.” Tema ini terasa sangat relevan di tengah dunia yang sedang bergulat dengan konflik, perpecahan, dan kegaduhan sosial. Dalam balutan jubah sederhana dan langkah pelan, para biksu menunjukkan pesan kuat: perdamaian bisa dimulai dari diri sendiri.

Rangkaian perayaan tak berhenti di altar. Usai doa, umat dan biksu melanjutkan prosesi pradaksina—berjalan mengelilingi Candi Borobudur searah jarum jam. Pradaksina bukan hanya langkah ritual, tapi juga simbol perjalanan batin menuju pencerahan.

Salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu adalah pelepasan ribuan lampion ke langit malam. Langit Magelang yang biasanya gelap berubah menjadi kanvas cahaya dan harapan. Lampion-lampion itu membawa doa, niat baik, dan harapan akan dunia yang lebih damai dan penuh welas asih.

Air berkah juga turut dibagikan kepada umat. Diiringi lantunan ayat suci, air tersebut dipercaya sebagai simbol kerendahan hati dan kesejukan batin, sebagai penyejuk spiritual bagi siapa pun yang menyentuhnya.

Tak hanya umat Buddha yang merayakan. Menteri Agama Nasaruddin Umar turut menyampaikan pesan universal: bahwa Waisak adalah momen untuk menanam nilai-nilai kebajikan lintas iman. Dalam keterangannya, ia mengajak seluruh warga Indonesia, apapun agamanya, untuk mengambil makna Waisak sebagai momentum memperkuat harmoni, toleransi, dan persaudaraan.

“Semoga perayaan Tri Suci Waisak ini menjadi sumber kekuatan spiritual, membawa ketenangan, dan memantapkan semangat persaudaraan dalam membangun Indonesia yang rukun dan damai,” tutur Menag.

Selain ritual keagamaan, Waisak tahun ini juga dimeriahkan oleh berbagai kegiatan sosial dan budaya, seperti perjalanan thudong (jalan kaki ribuan kilometer para biksu dari Thailand hingga Borobudur), bakti sosial, serta kegiatan pelestarian lingkungan. Seluruh rangkaian ini menegaskan bahwa Waisak bukan hanya soal ritual, tapi juga aksi nyata untuk kebaikan bersama.

Waisak di Borobudur bukan sekadar tradisi, tapi juga peristiwa budaya yang menyatukan spiritualitas, harapan, dan rasa kebersamaan. Di tengah derasnya arus zaman, Waisak menjadi pengingat bahwa damai selalu berawal dari dalam diri.

“Semoga semua makhluk hidup berbahagia.” 🕊️

Baca juga : Kronologi Perseteruan Shella Saukia dan Dokter Detektif

Baca juga : Harga Emas Dunia Naik, Menanti Kabar Perang Dagang AS-China

Pewarta : Eve

Bagikan Artikel Ini

Bagaimana Menurutmu?

0
0
0
0
0
0
0

Berita Lainnya

Document