Akhir Tahun Semakin Dekat, Ayo Kembangkan Personal Growth Kamu
Lifestyle | 14 Nov 2024 - 13:46 WIB
2024-11-20 20:15:34
JelajahJawa.id (20/11) Studata Kemnaker (Kementerian Ketenagakerjaan) mencatatkan angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terus meningkat sepanjang tahun 2024.
Berdasarkan data terbaru, jumlah tenaga kerja yang ter-PHK mencapai 64.751 orang hingga pertengahan November 2024, sebuah lonjakan signifikan dari 63.947 pekerja yang tercatat pada Oktober 2024.
Lonjakan ini mencerminkan tantangan besar bagi perekonomian Indonesia, khususnya di sektor industri dan manufaktur.
DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Banten Tercatat Sebagai Provinsi dengan Kasus PHK Terbanyak
Melihat distribusi geografis, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan jumlah pekerja ter-PHK terbanyak, dengan 14.501 orang yang kehilangan pekerjaan, sekitar 22,68 persen dari total angka PHK nasional.
Baca Juga: Polisi Sita Uang dan Aset Rp16 Miliar dari Pasutri Tersangka Judol Komdigi
Provinsi Jawa Tengah dan Banten menyusul dengan angka yang signifikan, yakni 12.489 dan 10.702 pekerja, masing-masing.
Provinsi lainnya juga menunjukkan angka PHK yang cukup besar, meskipun tidak setinggi angka yang tercatat di tiga provinsi besar tersebut.
Penyebab utama peningkatan angka PHK ini sangat beragam. Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Indah Anggoro Putri, menyebutkan bahwa banyak pengusaha yang kesulitan beradaptasi dengan perubahan global, termasuk penurunan ekspor, lonjakan impor, serta perubahan gaya hidup konsumen yang pasca-pandemi.
Faktor-faktor eksternal, seperti perang dan ketidakstabilan ekonomi global, memengaruhi banyak perusahaan dalam menghadapi persaingan, terutama di sektor manufaktur.
Sektor Manufaktur Tertekan: Ancaman Deindustrialisasi?
Sektor yang paling banyak menyumbang angka PHK adalah sektor pengolahan, yang mencatatkan 28.336 pekerja yang ter-PHK, diikuti oleh sektor aktivitas jasa lainnya dengan 15.629 pekerja, serta sektor perdagangan besar dan eceran yang mencatatkan 8.543 pekerja.
Para pengamat ekonomi mulai mengkhawatirkan kondisi sektor manufaktur Indonesia yang dinilai sedang berada dalam fase genting.
Baca Juga: Ingin Mulai Investasi? Pelajari Apa Itu Reksadana Saham dan Cara Kerjanya
Menurut ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, lonjakan PHK ini menjadi indikator adanya deindustrialisasi, yaitu turunnya peran sektor industri dalam perekonomian Indonesia.
Manufaktur Indonesia mengalami tekanan berat, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Meningkatnya impor produk dengan harga lebih kompetitif, disertai dengan menurunnya permintaan domestik, menyebabkan banyak pengusaha merasa terdesak.
Banyak yang beralih dari sektor manufaktur menjadi pengecer barang impor, terutama produk-produk dari China, yang dianggap lebih menguntungkan dengan risiko yang lebih rendah.
Direktur Digital Celios, Nailul Huda, juga menyoroti kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia semakin menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini tercermin dari melambatnya Indeks Manajer Pembelian (PMI) yang terus merosot, menunjukkan kinerja industri yang kurang optimal.
Ketidakmampuan banyak perusahaan untuk bertahan hidup di tengah kompetisi yang semakin ketat menjadi faktor utama yang menyebabkan gelombang PHK ini.
Banyak perusahaan yang belum pulih sepenuhnya pasca-pandemi Covid-19, ditambah dengan ketidakstabilan global yang semakin memperburuk situasi.
Penurunan permintaan barang, terutama di sektor manufaktur, mengarah pada pengurangan tenaga kerja sebagai langkah untuk mengurangi biaya operasional.
Baca juga : Film "Harbin" Tayang di Bioskop 25 Desember 2024, Dibintangi Hyun Bin
Baca juga : Hedonisme: Arti, Ciri-Ciri, Penyebab, dan Dampaknya
Pewarta : Ami Fatimatuz Zahro'
Akhir Tahun Semakin Dekat, Ayo Kembangkan Personal Growth Kamu
Lifestyle | 14 Nov 2024 - 13:46 WIB
Lifestyle | 22 Nov 2024 - 20:39 WIB
Hukum & Politik | 22 Nov 2024 - 20:34 WIB
Hukum & Politik | 22 Nov 2024 - 20:29 WIB
Entertainment | 22 Nov 2024 - 16:12 WIB
Entertainment | 22 Nov 2024 - 16:03 WIB
Financial | 02 Sep 2024 - 11:32 WIB
Internasional | 02 Sep 2024 - 11:55 WIB
Lifestyle | 04 Sep 2024 - 19:37 WIB
Entertainment | 04 Sep 2024 - 20:18 WIB