Minho SHINee Jatuh Cinta pada Kuliner Indonesia
Lifestyle | 16 Dec 2024 - 11:46 WIB
2024-12-07 20:28:06
JelajahJawa (06/12) - Pemanis sintetis merupakan zat tambahan dalam makanan yang dirancang untuk menggantikan gula alami. Bahan ini dibuat agar menyerupai rasa gula, namun memiliki tingkat kemanisan yang jauh lebih tinggi dibandingkan gula asli.
Berbeda dengan gula biasa, pemanis sintetis tidak menghasilkan kalori atau energi bagi tubuh karena tidak dapat dicerna oleh sistem pencernaan.
Baca juga: Jaga Lambung, Hindari 7 Jenis Minuman Ini
Jenis Pemanis Buatan yang Disetujui
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) mengatur pemanis buatan yang dikenal sebagai pemanis berkekuatan tinggi. Hingga saat ini, terdapat enam jenis pemanis sintetis yang telah mendapatkan persetujuan:
• Sakarin
• Aspartam
• Sukralosa (Splenda)
• Kalium Asesulfam (Ace-K)
• Neotame
• Advantame
Efek Negatif dari Konsumsi Pemanis Sintetis
Menurut laporan GoodRx, terdapat bukti awal yang menunjukkan potensi hubungan antara pemanis sintetis dan beberapa gangguan kesehatan berikut:
Baca juga: Lonjakan Global Penderita Diabetes, Indonesia Masuk Daftar Negara Tertinggi
Peningkatan Nafsu Makan
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa pemanis sintetis dapat memicu jalur di otak yang memengaruhi rasa lapar. Penggunaan aspartam secara rutin dikaitkan dengan peningkatan konsumsi makanan, rasa lapar yang meningkat, dan keinginan lebih besar untuk mengonsumsi gula.
Kenaikan Berat Badan
Meskipun dianggap bebas kalori, pemanis buatan dapat mendorong peningkatan berat badan dengan memengaruhi penyimpanan lemak tubuh serta peningkatan indeks massa tubuh (BMI) pada anak-anak.
Ketidakstabilan Gula Darah
Pemanis sintetis tidak secara langsung menaikkan kadar gula darah, tetapi bisa merangsang pelepasan insulin yang berlebihan karena otak menganggapnya sebagai gula asli. Penggunaan jangka panjang berpotensi menyebabkan resistensi insulin dan hipoglikemia reaktif.
Baca juga: Ultraproses dan Junk Food adalah Ancaman Kesehatan
Gangguan pada Mikrobioma Usus
Bakteri dalam usus bereaksi berbeda terhadap pemanis buatan dibandingkan dengan gula alami. Misalnya, sakarin dan sukralosa diketahui dapat memicu ketidakseimbangan bakteri usus yang dapat berdampak buruk pada kesehatan.
Risiko Penyakit Jantung dan Stroke
Penelitian besar menunjukkan konsumsi rutin minuman berpemanis sintetis di usia paruh baya hingga lanjut usia dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke dan penyakit kardiovaskular.
Sindrom Metabolik
Pemanis buatan telah dikaitkan dengan sindrom metabolik, yakni kondisi yang mencakup berbagai faktor risiko seperti lemak berlebih di area perut, kadar trigliserida tinggi, tekanan darah meningkat, serta gula darah yang tidak stabil.
Sebagai alternatif, Anda dapat memilih pemanis alami seperti madu, gula kelapa, atau sirup maple. Meski demikian, pemanis alami juga sebaiknya digunakan dengan bijak untuk menjaga kesehatan tubuh.
Baca juga : Shin Tae-yong Resmikan STY Foundation, Raffi Ahmad Jadi Penasihat untuk Dukung Talenta Sepak Bola Muda Indonesia
Baca juga : Mengenal Sejarah Pallubasa dan Tempat Legendarisnya di Makassar
Pewarta : Norma Desvia
Minho SHINee Jatuh Cinta pada Kuliner Indonesia
Lifestyle | 16 Dec 2024 - 11:46 WIB
Lifestyle | 23 Dec 2024 - 18:49 WIB
Lifestyle | 23 Dec 2024 - 18:45 WIB
Lifestyle | 23 Dec 2024 - 18:40 WIB
Lifestyle | 23 Dec 2024 - 18:32 WIB
Lifestyle | 23 Dec 2024 - 18:16 WIB
Financial | 02 Sep 2024 - 11:32 WIB
Internasional | 02 Sep 2024 - 11:55 WIB
Lifestyle | 04 Sep 2024 - 19:37 WIB
Entertainment | 04 Sep 2024 - 20:18 WIB