Tingkat Pencemaran E. Coli pada Air Minum di Indonesia Masih Tinggi

2024-12-23 18:40:25

Tingkat Pencemaran E. Coli pada Air Minum di Indonesia Masih Tinggi
Sumber Gambar: Alodokter

JelajahJawa (23/12) — Hasil surveilans Kementerian Kesehatan RI pada 2023 menunjukkan perbaikan akses air minum layak di Indonesia, dari 11 persen menjadi 29,49 persen. Namun, artinya masih sekitar 80 persen akses air minum di Indonesia tergolong belum aman. Salah satu indikator utama ketidakamanan ini adalah tingginya kandungan bakteri Escherichia coli (E. coli) di banyak wilayah, terutama di Pulau Jawa.


Provinsi dengan tingkat cemaran E. coli tertinggi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dengan 60 persen akses air minum terkontaminasi. Di Kota Yogyakarta, lebih dari 60 persen air minum terdeteksi mengandung bakteri ini. Jawa Tengah menjadi provinsi dengan tingkat kontaminasi E. coli tertinggi kedua, mencapai 52 persen. Temuan terbesar berada di Pati, dengan 92 persen air minum di wilayah tersebut tercemar E. coli, menyisakan hanya 8 persen yang aman.


Banten menempati posisi ketiga, dengan 55 persen wilayahnya terkontaminasi E. coli. Di Kabupaten Serang, hanya 15,7 persen akses air minum yang bebas dari bakteri ini. Sementara itu, beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa mencatat persentase air minum bebas E. coli sebagai berikut:


  • DKI Jakarta: 81,3 persen

  • Jawa Barat: 53,7 persen

  • Jawa Timur: 49,3 persen


Air minum isi ulang menjadi sumber dengan tingkat kontaminasi E. coli tertinggi. Proses pengisian ulang air, baik dari kemasan maupun di depot, sering kali menjadi penyebab utama pencemaran. Data menunjukkan, air isi ulang memiliki tingkat kontaminasi sebesar 45,4 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan air dari PDAM yang berada di angka 33 persen.


Banyak masyarakat lebih memilih air isi ulang karena air PDAM sering diragukan kualitasnya akibat bau, warna, atau masalah perpipaan. Namun, fakta menunjukkan bahwa air isi ulang justru lebih rentan tercemar.


"Jadi banyak rumah tangga yang dia lebih memilih air isi ulang untuk konsumsi sehari-hari, dibandingkan dari air PDAM yang kemudian dikonsumsi setelah dimasak," ujar dr Anas dalam konferensi pers Jumat (20/12/2024).


"Karena masyarakat Indonesia belum percaya dengan kualitas airnya, karena mungkin baunya, warnanya tidak baik, masalah dengan perpipaan, jadi dia ragu untuk menggunakan sebagai sumber air minum, ini memang menjadi pekerjaan rumah. Tetapi data kita menemukan cemaran lebih tinggi di air isi ulang," sambungnya.


Bahaya E. Coli dalam Air Minum


E. coli adalah bakteri yang biasanya hidup di usus manusia dan hewan. Meskipun sebagian besar jenisnya tidak berbahaya, ada jenis tertentu, seperti enterotoksigenik Escherichia coli (ETEC) dan Shiga toxin-producing E. coli (STEC), yang dapat menyebabkan penyakit serius. Air yang tercemar bakteri ini dapat memicu diare, sakit perut, bahkan stunting.


Sebanyak 73 persen kasus diare disebabkan oleh konsumsi air yang terkontaminasi E. coli. Selain itu, 15 persen lainnya berisiko menyebabkan stunting, yang masih menjadi masalah besar di Indonesia. Saat ini, angka stunting di Indonesia berada di 21,5 persen, jauh dari target pemerintah sebesar 18 persen.


Kondisi ini menegaskan perlunya peningkatan sanitasi dan kualitas air minum di Indonesia. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk memastikan setiap rumah tangga memiliki akses terhadap air minum yang bersih dan aman, demi mencegah dampak kesehatan yang lebih serius.

Baca juga : Kue Pancong: Jajanan Legendaris Betawi

Baca juga : Angin Segar Bagi Buruh Indonesia, MK Kabulkan Sebagian Gugatan UU Cipta Kerja

Pewarta : Faja Faradila

Bagikan Artikel Ini

Bagaimana Menurutmu?

0
0
0
0
0
0
0

Berita Lainnya

Document