Houthi Serang Kapal Induk AS di Laut Merah: Eskalasi Baru dalam Konflik Yaman

2025-03-18 17:59:30

Houthi Serang Kapal Induk AS di Laut Merah: Eskalasi Baru dalam Konflik Yaman
Sumber Gambar: Sumber gambar: https://id.pinterest.com/

Jelajah Jawa - Ketegangan di Laut Merah kembali meningkat setelah kelompok Houthi Yaman mengklaim telah melancarkan serangan terhadap kapal induk Amerika Serikat, USS Harry Truman. Serangan ini terjadi di tengah ketegangan antara kelompok Houthi yang didukung Iran dan militer AS, yang baru saja melancarkan serangan udara besar-besaran ke wilayah Yaman yang dikuasai Houthi. Insiden ini menjadi perhatian global karena berpotensi memperburuk situasi keamanan maritim di kawasan tersebut dan mendorong eskalasi lebih luas di Timur Tengah.  


Kelompok Houthi telah berperang melawan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional sejak 2014. Sejak saat itu, mereka berhasil menguasai wilayah utara Yaman, termasuk ibu kota Sana’a. Konflik ini melibatkan banyak pihak, termasuk Arab Saudi dan Iran, yang masing-masing mendukung pihak yang berseberangan.  


Di sisi lain, AS telah lama terlibat dalam konflik ini, terutama dalam mendukung koalisi yang dipimpin Arab Saudi. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, Houthi semakin agresif menyerang kapal-kapal yang melintas di Laut Merah, mengancam jalur perdagangan global. AS pun merespons dengan serangkaian serangan udara terhadap posisi Houthi di Yaman, yang mereka klaim sebagai langkah untuk menjaga keamanan maritim.  


Pada 15 Maret 2025, AS meluncurkan serangan udara ke beberapa wilayah yang dikuasai Houthi, termasuk Sana’a dan Saada. Laporan menyebutkan bahwa setidaknya 53 orang tewas dan hampir 100 lainnya terluka dalam serangan ini. Pentagon menyatakan bahwa operasi ini bertujuan untuk menghentikan serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial dan militer di Laut Merah.  


Tak lama setelah itu, Houthi mengklaim telah meluncurkan serangan balasan. Mereka mengaku menembakkan sekitar 18 rudal dan mengerahkan drone ke kapal induk USS Harry Truman serta kapal perang AS lainnya di Laut Merah. Meski belum ada konfirmasi resmi dari AS mengenai tingkat kerusakan akibat serangan ini, klaim Houthi tersebut menunjukkan bahwa kelompok ini tetap memiliki kemampuan militer yang signifikan meskipun terus mendapat tekanan dari serangan udara AS.  


Serangan ini memicu berbagai reaksi di tingkat internasional. PBB mendesak semua pihak untuk menahan diri dan mencari solusi diplomatik guna mencegah eskalasi lebih lanjut. Uni Eropa dan sejumlah negara Timur Tengah juga menyuarakan keprihatinan mereka atas meningkatnya ketegangan di Laut Merah.  


Sementara itu, AS berjanji akan terus melancarkan serangan terhadap Houthi hingga mereka menghentikan ancaman terhadap jalur perdagangan di kawasan tersebut. Presiden AS bahkan menyatakan bahwa setiap serangan terhadap kapal-kapal AS akan mendapat balasan yang setimpal.  


Laut Merah adalah salah satu jalur perdagangan terpenting di dunia. Setiap gangguan di wilayah ini dapat berdampak luas pada perdagangan global, terutama bagi negara-negara yang bergantung pada jalur pelayaran ini untuk ekspor dan impor mereka. Serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah telah meningkatkan biaya asuransi bagi perusahaan pelayaran dan menyebabkan beberapa kapal memilih rute alternatif yang lebih jauh dan mahal.  


Selain itu, ketegangan ini juga meningkatkan risiko keterlibatan pihak lain dalam konflik, termasuk Iran dan negara-negara Barat lainnya. Jika situasi terus memburuk, bukan tidak mungkin kawasan Timur Tengah akan kembali menjadi pusat konflik berskala besar yang melibatkan berbagai negara.  


Saat ini, dunia menanti bagaimana AS akan merespons klaim serangan terhadap kapal induk mereka. Jika AS membalas dengan serangan yang lebih besar, maka kemungkinan eskalasi konflik semakin tinggi. Sebaliknya, jika ada upaya diplomasi yang dilakukan, maka masih ada peluang untuk meredakan ketegangan.  


Yang jelas, situasi di Laut Merah tidak hanya berdampak pada AS dan Houthi, tetapi juga pada stabilitas global. Dengan jalur perdagangan dunia yang terancam dan potensi konflik yang semakin meluas, dunia berharap ada jalan keluar yang lebih damai sebelum keadaan semakin tidak terkendali.

Berita Lainnya

Document